CERITA RAKYAT SAMBAS: Legenda Datok Kullup

misterpangalayo.com - Cerita rakyat dari Bumi Tarigas Sambas sudah diambang kepunahan, generasi penerus sudah sepantasnya untuk menjadi garda depan melestarikan peninggalan leluhur terutama cerita rakyat yang banyak memberikan pesan moral kepada generasi-genarasi rakyat Sambas. 

Berangkat dari permasalahan diatas, misterpangalayo.com akan menulis sebuah cerita legenda yang sering saya dengar dari orang tua sebagai penghantar tidur. Sebelumnya saya mohon maaf apabila dalam penulisan artikel ini jauh dari kata sempurna. Hanya menulis untuk men-sounding sebuah cerita legenda yang menarik untuk dibaca. Dan kita sebagai generasi penerus selayaknya harus membangkitkan budaya kita dalam inovasi baru melalui blog. 


Berikut adalah cerita selengkapnya, Selamat Membaca.

Cerita legenda Datok Kullup erat kaitannya dengan legenda Bujang Nadi dan Dare Nandung. Datok Kullup adalah adik dari Bujang Nadi dan Dare Nandung, beberapa tahun setelah kematian kedua saudaranya lahirlah Datok Kullup. Disebut Datok Kullup, karena pada saat hendak disunat, kemaluan sang Datok tidak mempan terkena benda tajam. Datok Kullup dipercaya dengan kekebalan tubuhnya terhadap benda-benda tajam.

Jauh sebelum Kesultanan Sambas berdiri, budaya sunat sudah dilakukan oleh pribumi Sambas pada waktu itu. Budaya tersebut merupakan salah satu peninggalan dari budaya nenek moyang leluhur Sambas yaitu bangsa Austronesia (Slametmuljana, 1989). Slametmuljana mengatakan ciri-ciri lainnya adalah gemar makan bonto'/boto' (ikan yang dibusukkan), suka melapis gigi dengan emas, rumah-rumah didirikan di atas tiang bukan karena tanahnya becek (rumah panggung), tidak memakan anjing karena sakral, dalam menghitung menggunakan kata bilangan bantu seperti ekor, orang, belah dan sebagainya.

Datok Kullup adalah anak ketiga dari Raja Tan Unggal. Datok Kullup sejak lahir sudah ditinggalkan permaisuri selama-lamanya. Permaisuri meninggal dunia ketika melahirkan Datok Kullup. Sehingga dayang kerajaan pun diberi tugas dari Raja Tan Unggal untuk merawat dan membesarkan Datok Kullup. Sang dayang kerajaan menjaga dan merawat Datok Kullup dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Beranjak dewasa, dimana saatnya Datok Kullup harus disunat. Beberapa orang bilal kerajaan (orang yang bertugas untuk melaksanakan proses ritual sunat) pun datang ke kerajaan untuk menyunat Datok Kullup. Namun apa yang terjadi, karena kekebalan yang dimilikinya, bermacam pisau pun dicoba tetapi tidak berhasil. Hingga akhirnya sang bilal menggunakan kapak, tangkin (parang tradisional), hingga kelewang dengan meletakkan ujung zakarnya (kullup) diatas bendul yang terbuat dari kayu belian. Tetap saja tidak membuahkan hasil dan hal tersebut sangat membuat sang bilal pusing 7 keliling.

Berita ini dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok negeri bak jamur di musim hujan. Atas kekebalan seorang pangeran terhadap benda tajam, akhirnya sang pangeran mendapatkan julukan Datok Kullup dari rakyatnya. Bukannya senang, Datok Kullup malah merasa malu atas julukan tersebut. Jikalau ada yang tidak sengaja memanggilnya dengan sebutan Kullup, tentu ia akan berang.

Setalah kejadian tersebut, Datok Kullup malu untuk berhadapan dengan rakyatnya karena malu. Dengan demikian, Raja Tan Unggal membuat sebuah taman yang indah untuk tempat bermain Datok Kullup bersama pengasuhnya. Datok Kullup selalu menghabiskan hari-harinya di taman tersebut. Dengan ditemani oleh burung kesayangannya, yaitu Burung Ruai karena memiliki bulu yang indah.

Hari-hari pun berganti tahun, hingga suatu hari Datok Kullup ingin menyalurkan hobinya yaitu berburu burung di hutan. Dengan ditemani beberapa hulubalangnya, berangkatlah mereka ke arah sebuah bukit yang tidak jauh dari pusat kerajaan. Dengan berbekal beberapa sumpit, tangkitn, dan persediaan makanan, langkah demi langkah mereka pun meneruskan perjalanan ke tengah hutan.

Tibalah mereka di sebuah kaki bukit yang bernama Piantus, melihat hijaunya pemandangan alam dan kesejukan udara yang segar membuat mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sungguh keindahan alam yang menakjubkan, membuat setiap tatapan mata Datok Kullup terpesona. Tiba-tiba suara burung menyadarkan lamunan Datok Kullup, dengan cepat Datok Kullup mengambil sumpitnya.

Ketika sumpit hendak diacungkan ke arah burung tersebut, burung tersebut berkicau menyerupai suara “kullub-kullub-kullub-kullub”. Datok Kullup sangat terkejut karena burung tersebut seolah meledeknya dengan sangat lantang. Tanpa pikir panjang, Datok Kullup langsung menyumpitnya namun tidak terkena sasaran. Burung itu langsung terbang ke arah hutan bambu, Datok Kullup terus berlari sekencang-kencangnya dengan perasaan marah yang membara.

Konon, jalanan yang dilaluinya ketika mengejar burung tersebut meninggalkan bekas, dan lambat laun terus melebar dan membentuk sebuah sungai yang di sebut Si Jangkung. Nama lain Datok Kullup adalah Jangkung. Jangkung memiliki postur tubuh yang kekar dan tegap, tinggi badannya sekitar 2,48 meter jauh lebih tinggi dari tinggi badan Raja Tan Unggal, ukuran kakinya 49 inchi, giginya lengkap tidak seperti ayahnya Raja Tan Unggal.

Burung tersebut membuat pusing Datok Kullup, ke sana kemari si burung itu terbang, hingga akhirnya balik arah menuju Bukit Piantus. Dengan sisa tenaga yang ada serta berselaput hawa marah dan kecewa yang amat sangat. Datok Kullup masih terus mengejarnya dan ketika berada di pertengahan bukit, Datok Kullup terjatuh karena terlalu gegabah berlarinya. Hingga telapak kakinya meninggalkan bekas dan saat ini masih bisa disaksikan di Bukit Piantus.

Kini, Datok Kullup kehilangan jejak burung tersebut. Datok Kullup merasa malu karena selain rakyatnya, burung pun ikut-ikutan mengejek dirinya. Lalu ia memutuskan untuk tidak kembali ke istana kerajaan dan lebih memilih tinggal di Bukit Piantus bersama hulubalangnya. Hingga akhirnya, Datok Kullup wafat dan dimakamkan di pertengahan Bukit Piantus oleh hulubalangnya yang masih bertahan menemaninya. Saat ini, kuburan Datok Kullup masih dapat kita saksikan. Sementara telapak kakinya berada di area hutan bambu di Bukit Piantus juga.

Dewasa ini, wilayah tempat tinggal Datok Kullup sudah ramai penduduk sekitar 22.836 jiwa dan daerah tersebut diabadikan menjadi nama kecamatan, yaitu Kecamatan Sejangkung (Sijangkung). Daerah Sejangkung sekarang dibelah oleh Sungai Sambas Besar dan anak-anak sungainya, yaitu: Sungai Sajingan, Sungai Maklebar, Sungai Al Anas, Sungai Bejongkong, Sungai Sada'an, Sungai Acan, dan Sungai Emas.

*Disclaimer: Cerita ini ditulis berdasarkan cerita yang admin dengar ketika waktu kecil sebagai penghantar tidur.

4 komentar:

  1. jadi siapa nama sebenar tok kullup bang

    BalasHapus
  2. Saran,carek informan setempat yg dianggap tau dg ceritenye. Jadi ceritenye dapat dipecaya kebenarannye

    BalasHapus

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.