Piramida Sambas: Misteri Gunung Senujuh antara Alam dan Jejak Leluhur

misterpangalayo.com - Di antara lanskap hijau Kalimantan Barat, berdiri sebuah gunung dengan bentuk yang menantang imajinasi yaitu Gunung Senujuh di Kabupaten Sambas. Bentuknya yang kerucut simetris dengan lereng berundak-undak membuatnya dikenal sebagai “Piramida Sambas”, memikat mata siapa saja yang memandangnya. Bentuknya yang unik ini mengundang pertanyaan besar:

Apakah Gunung Senujuh murni terbentuk oleh alam, atau sebenarnya menyimpan jejak peradaban leluhur yang belum terungkap hingga kini?

Bentuk Piramida yang Memicu Rasa Penasaran

Dari kejauhan, Gunung Senujuh tampak berbeda dari gunung-gunung lain di sekitarnya:

  1. Memiliki lereng simetris dengan sudut hampir seragam.
  2. Terlihat seperti terasering bertingkat pada sisi lerengnya.
  3. Puncaknya datar, seolah menjadi altar ritual yang menghadap langit.
Gambar Gunung Senujuh dilihat dari citra satelit (GMap)

Bentuknya yang terlalu “rapi” dan teratur ini memunculkan pandangan bahwa Gunung Senujuh mungkin bukan sekadar fenomena alam biasa. Bagi sebagian peneliti dan masyarakat, bentuk ini menjadi petunjuk samar akan kemungkinan adanya peran tangan manusia di masa lalu, menyisakan misteri yang menunggu untuk dipecahkan. 

Penjelasan Geologi: Proses Alamiah yang Luar Biasa

Dari perspektif geologi, Gunung Senujuh adalah hasil proses alam yang luar biasa:

  1. Terbentuk dari aktivitas tektonik, ketika lempeng bumi mendorong lapisan batuan hingga terangkat membentuk bukit tinggi.
  2. Pelapukan selektif terjadi pada batuan keras, membuat permukaan batuan keras tetap menonjol membentuk bidang-bidang datar, sementara material lunak di sekitarnya tererosi.
  3. Erosi air hujan dan angin selama ribuan tahun mengukir lereng sehingga terbentuk pola berundak alami.

Fenomena serupa juga terlihat pada formasi lain, seperti Piramida Gunung Padang” di Jawa Barat, di mana bentuk menyerupai piramida dapat terbentuk secara alami karena kombinasi aktivitas tektonik, pelapukan, dan erosi yang terjadi dalam waktu lama.

Nilai Budaya dan Keyakinan Masyarakat Sambas

Bagi masyarakat Sambas, Gunung Senujuh bukan sekadar gunung biasa:

  1. Dipercaya sebagai tempat keramat, diyakini menjadi tempat bersemayamnya roh leluhur.
  2. Menjadi lokasi ritual tertentu pada waktu-waktu khusus sebagai bagian dari tradisi turun-temurun.
  3. Menjadi penanda identitas wilayah Sambas, erat dengan nilai spiritual dan penghormatan kepada alam.

Cerita rakyat setempat juga sering menyebutkan adanya penunggu gaib serta pantangan tertentu saat mendaki, menambah aura mistis yang menyelimuti Gunung Senujuh. Bagi sebagian warga, gunung ini bukan hanya bentang alam yang indah, tetapi juga ruang sakral yang menghubungkan mereka dengan leluhur dan alam semesta.

Gunung Senujuh merupakan pusat peradaban Kerajaan Dayak Nek Riuh yang sudah tercatat secara otentik dan cerita turun temurun.

Dalam kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca yang ditulis pada masa Majapahit (1365 M), tercatat nama Kerajaan Sambas, yang pada masa itu dipimpin oleh raja bernama Nek Riuh. Meskipun secara resmi Kerajaan Sambas tercatat mulai abad ke-13 M, temuan arkeologis seperti gerabah dan patung-patung Hindu di sekitar Sungai Sambas menunjukkan adanya kerajaan di wilayah tersebut bahkan sejak abad ke-6 atau 7 M. Posisi strategis Sambas yang dekat dengan Selat Malaka, jalur perdagangan internasional, semakin memperkuat dugaan adanya kerajaan di sana sejak masa awal.

 

Temuan Arkeologi: Jejak Peradaban di Sambas

Penemuan nekara perunggu Dongson, kapak corong, manik-manik, dan artefak prasejarah di sekitar wilayah Sambas menunjukkan bahwa daerah ini pernah menjadi pusat aktivitas manusia sejak masa prasejarah.

Walaupun hingga kini belum ditemukan struktur batu buatan manusia secara langsung di Gunung Senujuh, temuan artefak-artefak tersebut membuka kemungkinan bahwa gunung ini memiliki nilai ritual bagi masyarakat zaman dahulu. Gunung Senujuh mungkin digunakan sebagai orientasi spiritual, simbol pemujaan, atau tempat suci dalam sistem kepercayaan masyarakat prasejarah Sambas.

Penemuan artefak Dongson di Sambas memberikan gambaran tentang penyebaran pengaruh kebudayaan Dongson dan interaksi budaya di wilayah Nusantara pada masa lalu.

Temuan-temuan ini menjadi potongan teka-teki yang masih menunggu penelitian lebih lanjut untuk mengungkap peran Gunung Senujuh dalam jejak peradaban leluhur di Kalimantan Barat.

Melalui analisis citra satelit dan pemetaan topografi dengan pendekatan penulis pernah mendaki gunung tersebut, ditemukan beberapa hal menarik terkait Gunung Senujuh:

  1. Bentuk Gunung Senujuh sangat simetris dibandingkan gunung pada umumnya, namun tidak ditemukan pola susunan batu yang menyerupai piramida buatan manusia.
  2. Tidak terdeteksi adanya jalur konsisten yang dapat diinterpretasikan sebagai tangga buatan manusia menuju puncak.
  3. Namun, bentuknya mendukung kemungkinan digunakan sebagai arah ritual atau pusat orientasi spiritual oleh masyarakat masa lalu.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa Gunung Senujuh kemungkinan besar terbentuk secara alami, tetapi bentuknya yang unik dapat dimanfaatkan sebagai penanda spiritual atau pusat kegiatan ritual oleh peradaban masa lampau.

Ilustrasi Gunung Senujuh yang berada di bantaran Sungai Sambas Besar

Mengapa Disebut “Piramida Sambas”?

Gunung Senujuh sering dijuluki sebagai “Piramida Sambas” karena beberapa alasan:

  1. Visualnya mirip piramida tangga, dengan lereng berundak yang memicu rasa kagum siapa pun yang memandangnya.
  2. Dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi, sehingga bentuknya dianggap bukan sekadar kebetulan semata.
  3. Menjadi daya tarik wisata geologi dan spiritual, menjadikannya ikon alam dan budaya Sambas.
  4. Bentuknya membantu masyarakat masa lalu dalam navigasi, menjadi orientasi wilayah dan penanda ruang sakral.

Julukan “Piramida Sambas” bukan hanya menggambarkan bentuk fisiknya, tetapi juga menggambarkan keterhubungan antara alam, spiritualitas, dan identitas masyarakat Sambas.

Kesimpulan

Gunung Senujuh disebut “Piramida Sambas” karena bentuknya yang simetris dan berundak-undak, menyerupai piramida buatan manusia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa bentuk ini terjadi karena proses geologi alami, bukan konstruksi manusia.

Namun, nilai budaya dan spiritual masyarakat Sambas, serta temuan artefak prasejarah di wilayah sekitar, mendukung kemungkinan bahwa Gunung Senujuh pernah menjadi pusat perhatian dan orientasi spiritual masyarakat masa lalu. Gunung Senujuh menjadi simbol hubungan harmonis masyarakat Sambas dengan alam, memadukan keindahan, sejarah, dan spiritualitas dalam satu lanskap yang menakjubkan.

Gunung Senujuh mengajarkan kita bahwa alam, sejarah, dan kepercayaan masyarakat dapat berpadu membentuk identitas sebuah wilayah, meninggalkan misteri yang masih menunggu untuk diungkap dan dijaga oleh generasi mendatang.

Gunung Senujuh berada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Secara administratif, gunung ini terletak di tiga desa, yaitu Desa Senujuh, Desa Perigi Limus, dan Desa Semanga, Kecamatan Sejangkung.

Penutup

Gunung Senujuh berdiri sebagai penjaga waktu di Kabupaten Sambas, mengingatkan kita akan keterhubungan manusia dengan alam. Apakah bentuk piramida ini semata karya alam, ataukah menyimpan rahasia peradaban masa lalu, tetap menjadi misteri yang mengundang penelitian lebih lanjut.

Di balik diamnya puncak dan teduhnya lereng, Gunung Senujuh mengajarkan kita untuk menghargai warisan alam sekaligus menggali cerita masa lalu sebagai bagian dari identitas bangsa. Gunung ini bukan hanya lanskap, tetapi juga pengingat bahwa alam dan sejarah berjalan beriringan membentuk siapa kita hari ini.

Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.