Sejarah Asal Nama Tanjung Datuk di Perbatasan Sambas dan Sarawak

misterpangalayo.com - Tanjung Datuk merupakan sebuah kawasan geografis penting yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia dan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Lokasi ini berada di pesisir barat laut Pulau Kalimantan dan menjadi salah satu titik ujung terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Selain nilai geografisnya yang strategis, Tanjung Datuk juga menyimpan jejak sejarah dan legenda yang memberi makna pada asal-usul namanya.

Makna Nama "Tanjung Datuk"

Secara etimologis, "Tanjung" dalam bahasa Melayu berarti ujung daratan yang menjorok ke laut, sedangkan "Datuk" merupakan gelar kehormatan dalam masyarakat Melayu, yang biasanya disematkan kepada tokoh atau pemimpin yang disegani. Gabungan keduanya, "Tanjung Datuk", secara harfiah dapat diartikan sebagai "ujung daratan milik seorang Datuk" atau "tanjung yang dihormati".

Legenda Rakyat dan Asal-Usul Nama

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat pesisir Sambas dan juga beberapa komunitas Melayu di Sarawak, nama Tanjung Datuk konon berasal dari kisah seorang Datuk atau tokoh tua bijaksana yang menetap di ujung tanjung tersebut.

Menurut versi yang sering diceritakan turun-temurun:

Dahulu kala, di sebuah tanjung terpencil yang menghadap ke laut lepas, tinggal seorang tua yang dikenal sebagai Datuk Laut. Ia adalah pelaut tangguh dan juga tabib yang dihormati oleh penduduk kampung-kampung pesisir. Datuk ini sering membantu para nelayan yang tersesat atau perahu yang karam dihempas badai. Ia dikenal sebagai penjaga tanjung dan sering disebut "penjaga pintu laut Sambas".

Setelah wafatnya Datuk tersebut, masyarakat setempat tetap menghormatinya dengan menyebut kawasan itu sebagai Tanjung Datuk, sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan pengaruhnya dalam menjaga keselamatan wilayah pesisir.

Fungsi Strategis dan Sejarah Navigasi

Secara historis, Tanjung Datuk memiliki peran penting dalam jalur pelayaran kuno. Para pelaut dari Kesultanan Sambas, Brunei, dan Sarawak sering menjadikan tanjung ini sebagai titik navigasi karena posisinya yang menjorok ke laut dan dapat terlihat dari kejauhan. Bahkan, dalam catatan kolonial Belanda dan Inggris pada abad ke-18 hingga awal abad ke-20, Tanjung Datuk disebut sebagai "Cape Datoe" atau "Cape Datok", dan dianggap sebagai landmark penting dalam peta-peta pelayaran.

Batas Wilayah dan Perjanjian Internasional

Tanjung Datuk juga menjadi salah satu titik koordinat penting dalam perjanjian batas wilayah antara Indonesia dan Malaysia. Dalam Perjanjian Batas Indonesia–Malaysia 1978, Tanjung Datuk ditetapkan sebagai salah satu patok utama di garis batas maritim barat Kalimantan.

Karena nilai strategis ini, kawasan di sekitar Tanjung Datuk diawasi oleh pos TNI AL dan juga dijaga oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) serta instansi terkait untuk menjaga kedaulatan negara.

Tanjung Datuk dalam Budaya Lokal

Masyarakat Melayu Sambas dan pesisir Paloh sering menjadikan Tanjung Datuk sebagai bagian dari identitas budaya. Dalam beberapa syair, gurindam, dan cerita rakyat, Datuk yang dimaksud diidentifikasi sebagai figur sakti yang mampu berbicara dengan angin dan laut. Tradisi menghormati roh penjaga laut masih dijaga dalam bentuk ritual laut (sedekah laut), terutama di kampung-kampung nelayan seperti Temajuk, Sebubus, dan sekitarnya.

Potensi Wisata dan Ekologi

Kini, kawasan Tanjung Datuk, terutama di sekitar Temajuk, menjadi tujuan wisata alam yang menjanjikan. Hutan mangrove, pantai berpasir putih, dan konservasi penyu menjadi daya tarik utama. Pemerintah daerah Kabupaten Sambas telah mengembangkan beberapa titik wisata yang tak jauh dari tanjung ini sebagai bagian dari beranda utara Indonesia.

Kesimpulan

Tanjung Datuk bukan hanya nama geografis di peta. Ia adalah simpul dari sejarah, legenda, identitas budaya, dan geopolitik. Asal-usul namanya yang terhubung dengan tokoh bijak nan sakti, nilai strategisnya dalam pelayaran dan pertahanan, serta kedekatannya dengan masyarakat lokal menjadikan Tanjung Datuk sebagai bagian penting dari mozaik sejarah perbatasan Kalimantan.



Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.