BELALE': Tradisi Budaya Gotong Royong Masyarakat Petani Padi Di Sambas

Tradisi Budaya Belale' Pada Masyarakat Sambas

misterpangalayo.com - Tradisi Budaya Gotong Royong Masyarakat Petani Padi Di Sambas. Negara Kepulauan Republik Indonesia adalah sebuah negara yang terletak di Benua Asia bagian tenggara. Indonesia juga dikenal dengan sebutan Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Keunggulan Indonesia merupakan sebuah negara yang multikultural, yang tidak dimiliki negara lain karena memiliki beraneka ragam kebudayaan, mulai dari adat dan istiadat, pakaian adat, lagu daerah, musik daerah, rumah adat, dan lain-lain. Bahkan setiap daerah di belahan manapun memiliki ciri khasnya tersendiri.

Kekayaan akan kebudayaan menghantarkan Indonesia pada destinasi budaya dunia yang kerap kali didatangi oleh turis internasional yang tertarik akan budaya Indonesia dengan berpartisipasi dalam mempelajari budaya asli Indonesia sehingga tidak akan hilang di telan jaman.

Indonesia menjadi surganya keberagaman budaya, karena budaya-budaya yang ada merupakan budaya asli dan satu-satunya. Inilah yang membuat negara kita Unik! Nah, sebagai generasi penerus bangsa yang cinta akan budaya leluhur Indonesia, saya akan berbagi sedikit informasi terkait salah satu tradisi budaya pada masyarakat Sambas (Melayu Sambas / Urang Sambas) di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat - Indonesia.

Selain kearifan lokal masyarakat yang bersahaja, Sambas juga punya cara untuk memikat hati para pengunjungnya dengan tradisi unik yang mempesona. Salah satu tradisi unik pada masyarakat Sambas adalah tradisi budaya Belale'. Alasan saya mengulas tradisi ini dikarenakan tradisi ini merupakan bentuk nyata solidaritas yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dalam kehidupan masyarakat petani padi di Sambas. Sistem kerja gotong royong ini memiliki hak untuk dibantu dan berkewajiban untuk membantu. Semoga ulasan saya kali ini bisa membuka matamu, jika berurusan dengan budaya, Sambas itu tidak ada duanya.

Menurut Soejono Soekamto (1987: 278) dalam Anjawaningsih (2006) menerangkan bahwa kerjasama merupakan ”Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang. Kerjasama bisa bermacam-macam bentuknya, namun semua kegiatan yang dilakukan diarahkan guna mewujudkan tujuan bersama.” Sesuai dengan kegiatannya, maka kegiatan yang terwujud ditentukan oleh suatu pola yang disepakati secara besama-sama. Misalnya kerjasama di bidang sektor pertanian, kerjasama ini tentunya dilakukan oleh orang-orang yang berada dilingkungan sektor pertanian yang sama-sama memiliki tujuan yang sama.

Apa itu Belale' ?

Belale' (bahasa Melayu Sambas) merupakan kegiatan / sistem kerja yang dilakukan secara bersama-sama dalam mengerjakan sesuatu. Secara harfiah, Belale' dalam bahasa Sambas berarti Kerjasama atau Gotong royong. Tradisi ini masih bertahan hingga sekarang dan masih di pratekkan oleh masyarakat petani padi di Kabupaten Sambas. Cara kerja yang rasional dan efisien terbina tanpa meninggalkan suasana tertentu, pola seperti ini merupakan bentuk nyata dari rasa solidaritas sesama profesi.

Pada tradisi ini, kaum perempuan mengajak orang yang memiliki sawah/ladang padi untuk berkerja sama untuk membantu menanam padi atau membersihkan lahan atau menuai padi dengan mengajak berapa orang wanita sesuai kesepakatan. Apabila permintaan disanggupi oleh yang punya lahan, imbalannya adalah mengerjakan atau ikut dalam kegiatan menanam padi, membersihkan lahan, maupun menuai pada sawah petani yang sudah diajak ikut ”belale’ tersebut.

Tradisi Budaya Belale’ memiliki kesamaan dengan sistem Arisan, namun yang membedakan adalah bentuk dari kegiatan yang dilakukan tersebut. Meskipun demikian, nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan ikut tertanam dalam tradisi ini. Tradisi ini biasanya dilakukan pada waktu akan menanam padi, saat padi sudah tumbuh yang diikuti dengan membersihkan lahan dari rumput liar dalam bahasa Sambasnya disebut ”Merumput” atau menuai padi yang dalam bahasa sambasnya disebut ”Beranyi”.
Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaannya biasanya lebih sering dilakukan pada siang hingga sore hari yaitu untuk jarak sawahnya jauh dari rumah biasanya dimulai dari jam 1 hingga 4 sore, tetapi jikalau lokasi sawahnya dekat dengan tempat tinggal biasanya dimulai setengah dua hingga pukul setengah 5 atau pukul lima. Tradisi Belale ini dilakukan meskipun cuaca panas atau hujan, kecuali jika cuaca sangat ekstrim seperti petir, maka petani akan istrirahat sebentar. Namun apa bila cuaca kembali normal,aktivitas Belale’ kembali dilakukan.

Tradisi Belale’ ini hanya berlaku didesa-desa Kabupaten Sambas yang berprofesi sebagai petani. Biasanya selama aktivitas Belale’ itu dilakukan diselingi dengan canda tawa para petani. Tidak ada rasa lelah maupun keluhan karena aktivitas tersebut dilakukan berdasarkan rasa kebersamaan. Biasanya pelaksanaan tradisi Belale’ berdasarkan urutan, jika hari Senin adalah giliran A, maka berikutnya bisa giliran B atau C sesuai kesepakatan bersama. Tradisi Belale ini bisa dilakukan oleh dua orang atau lebih. Tapi biasanya jumlahnya tidak melebihi dari 10 orang.
Keistimewaan Tradisi Budaya Belale'

Adapun keistimewaan belale' yang bisa saya rangkum, antara lain:

1. Agar dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dapat dengan cepat terselesaikan,   terutama dalam mengerjakan sawah.
2. Membangun semangat gotong royong yang tinggi.
3. Menumbuhkan rasa kebersamaan antar sesama.
4. Dapat menciptakan ketentraman dalam hidup bermasyarakat.
5. Dapat menciptakan keharmonisan.
6. Bahwa pada dasarnya kita adalah makhluk sosial, yang tidak lepas dari bantuan orang lain.
7. Membuktikan bahwa peran perempuan sangat besar.
8. Dengan belalik para perempuan tidak hanya mengurus rumah tangga, tetapi bisa melakukan pekerjaan sawah, baik dari kualitas maupun kuantitasnya bermutu, karena di kerjakan dengan hati.
Pergeseran Tenaga Manusia pada Tenaga Mesin di Sektor Pertanian

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian.Dalam kegiatan bercocok tanam tentu banyak menggunakan alat – alat untuk mengolah tanah ataupun hasil pertanian.

Alat – alat untuk bercocok tanam tersebut sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan dari masa ke masa tentunyabanyak mengalami berbagai macam perkembangan.

Dalam proses pengolahan lahan mulanya menggunakan cangkul yang digerakkan oleh tenaga manusia selain itu tenaga manusia juga dipergunakan untuk menebas rumput dengan menggunakan parang/sabit dengan sistem upah maupun sistem gotong royong, akan tetapi seiring perkembangan zaman kurang efektif, karena dengan menggunakan tenaga manuia yang dikeluarkan tidak sebanding dengan luas tanah yang akan diolah. Karena dalam hal ini manusia mempunyai peranan yang dominan didalam menggerakan alat dimaksud, sehingga produktifitas kinerja tegantung kepada kekuatan atau tenaga manusia itu sendiri, selain itu juga membutuhkan waktu yang cukup lama jika lahan yang akan ditanami cukup luas.

Menggunakan bajak sawah yang ditarik oleh hewan, seperti kerbau, sapi ataupun kuda . Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak, para petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa segera ditanami.

Menggunakan mesin/alat teknologiyang digerakkan dengan tenaga non-manusia guna untuk pengerjaan pengolahan lahan sawah (Goldthorpe, 1992: 5). Dalam proses ini terjadi pergeseran tenaga manusia dan hewan dari produksi primer (pekerjaan yang membutuhkan tenaga manusia) ke produksi sekunder atau yang menggunakan mesin.

Seiring berkembangnya teknologi pada sektor petanian serta adanya pemikiran kearah peningkatan produksi secara cepat dan berklanjutan, berdampak kepada perubahan alat pengolah lahan atau tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau sudah mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang menggunakan tenaga mesin sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang menyerupai kendaraan bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan traktor. Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin ( traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien, karena dalam penggunaannya manusia yang mengendalikan alat tersebut. Sehingga tanah akan lebih cepat diolah dan ditanami.  


Tradisi Budaya Belale' Pada Masyarakat Sambas

Pergeseran Nilai – nilai Tradisi Budaya Belale' Pada Masyarakat Petani Padi Di Sambas

Adanya modernisasi mekanisasi/tekhnologi pertanian di satu sisi mengakibatkan naiknya tingkat rasionalitas, sementara pada sisi lain mengakibatkan lunturnya nilai-nilai kepercayaan (nilai agama), nilai gotong royong (solidaritas) dan nilai seni mengalami komersialisasi. Nilai yang sangat dominan mengalami pergeseran adalah naiknya tingkat rasinolitas, orientasi finansial sebagai dampak kebijaksanaan pembangunan yang lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi yang diikuti oleh pesatnya penerapan 25 ilmu dan teknologi. Sehinga pergeseran nilai dan peran sosial budaya terjadi, karena modernisasi menurut Schoorl (1991) tidak sama persis dengan pembangunan.

Harapan saya semoga Tradisi Budaya Belale' ini tak kan hilang di telan jaman dan tetap menjadi sandaran masyarakat petani padi di Sambas, terutama kaum perempuan. Karena yang menjadi aktor utamanya adalah kaum perempuan. Peran kaum perempuan dalam tradisi ini ibarat jantung dalam tubuh manusia, jika jantung berhenti berdetak dan bergerak memompa darah untuk dapat mengalir ke seluruh tubuh berhenti, maka tubuh itu otomatis akan mati.

Noviana, Tia. 2015. BUDAYA BELALIK (SAMBAS KALIMANTAN BARAT), (Online), (http://tianoviana.blogspot.co.id/2015/01/budaya-belalik-sambas-kalimantan-barat.html, diakses 5 Maret 2016)

http://pecidasase.blogspot.co.id/2013/05/belale.html, diakses 5 Maret 2016

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50256/4/Chapter%20II.pdf, diakses 5 Maret 2016

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Selamat pagi admin Mister Pangalayo,
    Bolehkah saya bertanya? Jika boleh, saya ingin bertanya terkait bahasa yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar. Berikut pertanyaan dari saya :
    1. Bahasa apa sajakah yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu.
    2. Apakah sudah ada peta penyebaran bahasa-bahasa tersebut sesuai wilayah-wilayah yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu?
    Sebelumnya terima kasih.

    BalasHapus

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.