CERITA RAKYAT SAMBAS: Asal Usul Dayak Selakau di Binua Bantanan

misterpangalayo.com - Cerita rakyat yang berkembang di Bumi Sambas banyak diturunkan secara lisan oleh orang tua-tua di Sambas. Dipelihara oleh masyarakat Sambas untuk memberikan pendidikan moral kepada anak-anak pada zaman dahulu. Cerita rakyat yang berkembang di Sambas memiliki ciri khas tersendiri berupa legenda asal usul dan nama tempat, danau, gunung, atau situs sejarah dan benda sejarah lainnya.

Asal Usul Dayak Selakau di Binua Bantanan

Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sebuah cerita rakyat dari daerah Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas. Sebuah cerita yang telah hidup dan berkembang dalam komunitas Dayak Salako di Sajingan Besar dan Malaysia Timur (Kampung Biawak dan Kampung Sebiris).
Sebelum saya mulai, perlu di garisbawahi disini, Dayak Kanayatn yang saya maksud disini adalah komunitas Dayak yang mendiami kawasan Binua Bantanan dan sekitarnya yang berbahasa bakati', banyadu, bainyam dan dialek serumpun lainnya. Pengelompokan ini menurut orang tua-tua dahulu dan menurut orang yang berbahasa bakati' sendiri menyebut mereka Dayak Kanayatn (tentu ada cerita lain lagi di samping itu).

Namun proses pengambilan nama oleh keturunan Dayak Salako yang tersebar di kawasan Kabupaten Pontianak (kabupaten induk/kabupaten yang dulu) terhadap nama Kanayatn barangkali berpatokan dari buku karangan Missionaris (bukan Antropolog), Pastor Donatus Dunselman Ofm Cap. yang berjudul Bijdrage Tot De Kennis Van De Taal En Adat Der Kendajan-Dajaks Van West-Borneo.
Tanpa mengorek informasi lebih jauh lagi, saya lebih terfokus kepada cerita rakyat yang akan diceritakan dibawah ini. Dengan adanya cerita rakyat ini, bisa menambah dan memperkaya khasanah budaya tradisional masyarakat Sambas. Cerita ini diceritakan oleh sdr. Naoci, orang Salako yang lahir di Bagak dan lama tinggal di Biawak. Dan pernah di post oleh Simon Takdir.


Zaman dahulu, jauh sebelum digelarnya rapat damai suku Dayak atau yang lebih dikenal dengan Tumbang Anoi. Tradisi "mengayau" atau memenggal kepala manusia (head-hunting) masih dilakukan oleh sub-sub suku Dayak yang ada di Pulau Kalimantan. Sesama suku Dayak pun saling bermusuhan, memenggal dan membawa pulang kepala musuh.

Hal ini pun terjadi di kawasan perbatasan Kabupaten Sambas dan Sarawak yaitu kawasan Binua Bantanan. Pada masa itu, kawasan tersebut telah didiami oleh komunitas Dayak Kanayatn (mereka yang berbahasa bakati', banyadu, bainyam dan dialek serumpun lainnya). Musuh terbesar dari komunitas ini adalah suku Dayak Saribas yang berasal dari daerah Batang Lupar, Sarawak.

Dayak Kanayatn yang berada di Binua Bantanan pun menjadi sasaran kayo orang-orang Saribas. Meraka (dayak Saribas) sering datang ke Rumah Bantang (rumah panjang/rumah radakng/rumah betang) orang Kanayatn, mereka menggarukkan tombak mereka dari bawah lantai bantang. Hal ini dikarenakan tangga bantang sudah dinaikkan ke atas untuk menghindari teror dari orang Saribas.

Orang Kanayatn pun tidak tahan dengan teror yang selalu mereka terima dari orang Saribas. Banyak warga bantang yang menjadi korban kayo dan anak gadis dari kepala burung bantang pun dibawa oleh orang-orang Saribas. Panglima yang memimpin komunitas Dayak Saribas bernama Pak Jopi.


Dayak Salako
Dayak Salako || Sumber Gambar : folksofdayak


Hingga suatu hari, orang-orang Kanayatn pun meminta bantuan kepada orang-orang Salako. Pada masa itu, komunitas Dayak Salako masih banyak mendiami kawasan Selakau Tua, Pelanjau, Sarinokng dan kearah timur dari Kecamatan Selakau Timur sekarang.

Orang Salako apabila pergi bakayo tidak pernah beramai-ramai (maro), setidaknya mereka hanya tiga orang. Atas permintaan dari orang Kanayatn, orang Salako mengutus tiga orang warganya yang bernama Nek Keto, Nek Antoros dan Nek Padan.

Alhasil mereka bertiga bisa membunuh Panglima orang Saribas yang bernama Pak Jopi, namun mereka bertiga tidak mampu menghadapi orang-orang Saribas yang jumlahnya tidak sedikit. Akhirnya, mereka bertiga pun dibantu oleh Nek Nibo'.

Nek Nibo' sudah lama menyimpan rasa dendam terhadap orang Saribas, karena istri dan anak kesayangannya telah menjadi korban mengayau dari orang-orang Saribas. Ketika itu, istri Nek Nibo sedang asyik menyiangi padinya di ladang. Namun sekelompok orang-orang Saribas langsung memenggal kepala istrinya.

Dengan bantuan Nek Nibo' akhirnya orang-orang Saribas bisa dikalahkan dan mereka (Nek Keto, Nek Antoros dan Nek Padan) akhirnya pulang ke kampungnya. Sedangkan, Nek Nibo' mengalami stres berat karena istri dan anaknya sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Hal yang tidak terduga, Nek Nibo' minta dibunuh dengan tangkitnya sendiri kepada orang Saribas. Konon, Nek Nibo' tidak dapat dibunuh karena ada ilmu kebal kecuali dibunuh menggunakan tangkitnya sendiri. Hingga kini, kepala Nek Nibo' masih disimpan di salah satu kampung di daerah orang Saribas, Sarawak.

Orang Salako telah membantu orang Kanayatn tanpa pamrih. Namun, orang Kanayatn tetap bersikeras untuk membalas jasa mereka, karena mereka telah nyauk nyawo (menyelamatkan nyawa) orang Kanayatn. Orang Kanayatn sebantang pun mengadakan musyawarah.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menyerahkan sebagian wilayah mereka kepada orang Salako, yaitu sebuah daerah yang kita kenal dengan daerah Binua Bantanan. Dewasa ini, Binua Bantanan terdiri dari Sajingan, Sunge Ano, Kuranyi, Tapokng/Ngole’, Tanyukng, Batu Itopm/Rogak, Sawoh, Sasak/Riopm, Nyalak / Sei Pohan, Galing, Batang Air, Sungai Baning, Asu’ Asakng, termasuk di Lundu, Sarawak (terdiri dari Biawak, Mapangokng, Badaun, Sebiris, Sedaikng, Rukam, Sebiris, Sabako’, Paon, Sabaat, Tibaro, Poe).

Sejak peristiwa itu, sedikit demi sedikit orang Salako datang dan bermukim di daerah Binua Bantanan, sehingga terbentuklah kampung-kampung orang Salako sekarang ini. Apabila ditanya kepada orang tua-tua kampung tersebut, mereka masih ingat asal-usul keturunan mereka berasal dari Sarinokng, Selakau Timur.

Dewasa ini, orang-orang Kanayatn yang masih bertahan ada di kampung Aruk, Apikng, Si Baruang dan daerah Pasir Putih (Lundu, Sarawak).

6 komentar:

  1. Wah aku baru tahu malah kalo ada cerita sambas ya... selama ini cerita rakyat memang perlu disuarakan kembali...anak sekolahan aja udah pada milih cerita kartun daripada cerita rakyat ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya tujuan penulis seperti itu,, biar anak muda skrg tau cerita rakyatnya bgtu banyak

      Hapus
  2. Menambah perbendaharaan pengetahuan ttg bantanan sbs....salut buat penulis....👍👍

    BalasHapus
  3. Sesuai dengan bahasa dayak Ba Dameo (Dayak Salako) nama2 tempat nya, bagus ni cerita nya

    BalasHapus
  4. Wokeh lanjut cerita Dayak salako selanjutnya

    BalasHapus

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.