ANTAR AJONG: Ritual Tahunan Wujud Eksistensi Budaya Pada Masyarakat Sambas

Ritual Adat Antar Ajong

misterpangalayo.com - Kembangkan Budaya, Lestarikan Tradisi, Jelajahi Nusantara. Indonesia adalah negara multicultural yang kaya akan adat istiadat, upacara adat, seni dan kebudayaannya, bahasa, dan lain sebagainya. Kesatuan Bhineka Tunggal Ika dan keberagaman itulah menjadikan Indonesia menjadi negara yang begitu indah dan dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan negara lainnya.

Ritual Adat Antar Ajong di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat merupakan salah satu potret kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Upacara adat tersebut ditengarai memiliki keunikan yang berbeda dari sub suku Melayu yang ada di Bumi Nusantara dan di dalamnya terdapat nilai-nilai kearifan lokal.

Rumah Kita Adalah Budaya, Keberagaman Yang Menyempurnakan. Tujuan saya menulis artikel ini adalah untuk mengekplorasi budaya dalam bentuk tulisan dengan tujuan mengangkat kembali budaya-budaya Indonesia, dan menumbuhkan kecintaan akan kebudayaan Indonesia khususnya Kabupaten Sambas. 

LATAR BELAKANG SEJARAH DAN TUJUAN DIADAKANNYA RITUAL ADAT ANTAR AJONG

Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah 6.395,70 km² atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat) dan panjang pantai ± 128,5 km serta memiliki panjang perbatasan negara ± 97 km.

Di Kabupaten Sambas ini terdapat sebuah kecamatan yaitu Kecamatan Paloh. Kecamatan Paloh ini merupakan kecamatan pantai yang berada di wilayah perbatasan yaitu berbatasan dengan Negara Malaysia Timur (Serawak) dengan luas wilayah ± 1.697,30 H. Salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Paloh ini yaitu Desa Tanah Hitam.

Desa Tanah Hitam ini merupakan desa yang tidak jauh dari pesisir pantai. Adapun salah satu kebudayaan yang terdapat di Desa Tanah Hitam Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas ini adalah kegiatan Antar Ajong. Kegiatan Antar Ajong ini biasanya dilakukan di salah satu pantai yang ada di sana yaitu pantai Tanah Hitam. Dan waktu pelaksanaan Ritual Antar Ajong setiap pertengahan tahun, sekitar bulan Juni atau bulan Juli. Untuk menentukan kapan Ritual Antar Ajong dimulai, ternyata tidak sembarangan. Terlebih dahulu harus ada wangsit atau alamat yang diterima oleh pawang dari alam gaib.

Antar Ajong adalah salah satu upacara adat tradisional yang secara turun temurun oleh masyarakat suku Sambas (Melayu Sambas) di Kabupaten Sambas tepatnya di Kecamatan Paloh, Kecamatan Tangaran dan Kecamatan Teluk Keramat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam tiba. 

Antar Ajong bisa diartikan membuang atau melepaskan atau menghanyutkan sebuah replika perahu lancang kuning yang bernuansa warna kuning (warna khas Kesultanan Sambas) yang berukuran 1-2 meter yang berisi aneka jenis sesajian berupa hasil-hasil bumi ke laut lepas. Dengan mengumpulkan roh-roh jahat untuk kemudian mengirimnya pergi berlayar. Sebagai kompensasi, warga memberikan bekal yang diperlukan roh itu selama berlayar berupa "ratteh", beras kuning, garam, pisang, kelapa, kue cucur, ketupat dan barang-barang keperluan lain yang dibutuhkan rumah tangga.

Menurut Awang Bujang (74), seorang pawang senior di Kecamatan Paloh, Antar Ajong sudah dilakukan masyarakat setempat sejak Zaman Kerajaan Majapahit, sebelum Kesultanan Sambas berdiri. Waktu itu, secara periodik masyarakat mengirimkan atau mengantar upeti kepada Kerajaan Majapahit berupa hasil-hasil bumi menggunakan perahu lancang kuning (Ajong). Setelah Kesultanan Sambas berdiri, pengiriman upeti tersebut tidak dilakukan lagi. (pontianakpost.com/berita)
Dengan kata lain, masa awal munculnya Antar Ajong ini adalah bentuk hubungan pemerintahan dengan kerajaan Majapahit, yakni sudah menjadi lumrah jika suatu wilayah yang telah dikuasai sebuah kerajaan, maka rakyat di wilayah taklukannya tersebut harus patuh pada segala aturan dari kerajaan. Salah satu aturan tersebut adalah membayar upeti pada pihak kerajaan. 

Selain itu, amanah dari para leluhur bahwa tradisi ini jangan sampai hilang, maka seiring waktu, makna dari Antar Ajong tersebut mengalami pergeseran. Antar Ajong menjadi sebuah ritual yang dilakukan untuk menghindarkan masyarakat dari segala hal negatif seperti wabah penyakit, hama tanaman yang merajalela dan bencana alam. Ritual ini juga sebagai pertanda dimulainya masa bercocok tanam padi. (pontianakpost.com/berita) 

PROSESI PELAKSANAAN RITUAL ADAT ANTAR AJONG

Seperti yang saya kutip dari situs penulis4abal (Minggu,7/2/2016), Adapun persiapan hingga prosesi budaya Antar Ajong ini yaitu :

1. Persiapan Ajong dengan Musyawarah dan Permohonan Doa


Melalui masyarakat yang dituakan maka dilakukan musyawarah masyarakat untuk menentukan hari atau tanggal pelaksanaan Antar Ajong. Apabila telah disepakati maka masyarakat secara bersama-sama mempersiapkan segala perangkat yang diperlukan khususnya untuk mencari kayu atau pohon di hutan kampung yang tepat untuk dijadikan bahan Ajong tersebut. 


Dalam menentukan pohon tersebut terlebih dahulu dilakukan renungan oleh tetua untuk mendapatkan petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa dengan melakukan pembacaan doa bersama. Apabila kayu tersebut sudah ditemukan maka dilakukan pengasapan atau pembersihan kayu tersebut dari roh-roh yang jahat, dengan harapan agar kayu tersebut tetap mampu membawa segala beban yang terdapat dalam Ajong tersebut.

Dalam upacara ini benda-benda lambang dipercaya memiliki kekuatan guna maksud tertentu. Pembuatan Ajong tersebut dilakukan oleh masyarakat secara bergotong royong dari mulai memotong, membelah bahkan hingga mengecat serta memberi bentuk layar Ajong tersebut. Ajong yang didesain seperti layaknya perahu layar tersebut juga diisi dengan beberapa muatan seperti telur ayam, ratteh, beras kuning dan sebagainya.

Selain itu, sehari sebelum Ajong diantar didahului oleh kegiatan yang disebut ratib, yaitu suatu kegiatan mengagung-agungkan Asma Allah disertai doa selamat dan doa tolak bala (sambas.go.id/news. Kegiatan ratib ini merupakan salah satu hasil dari pengakulturasian ajaran Islam ke dalam tradisi lokal yang sebelumnya sangat kental dengan unsur dari kepercayaan Hindu. Sebab, proses Islamisasi yang dilakukan pada zaman Kesultanan Sambas sangat menghargai eksistensi tradisi lokal tersebut.

2. Upacara Besiak

Pada malam harinya dilanjutkan dengan acara mengisi Ajung, yaitu ajung diisi dengan bermacam-macam wabe atau hama penyakit. Baik penyakit untuk tanaman, ternak maupun penyakit yang bisa menjangkit kepada manusia. Inilah yang disebut masyarakat setempat dengan upacara besiak. 

Menurut Awang Bujang, Besiak adalah sebuah kegiatan untuk menangkap roh-roh jahat penguasa hal negatif guna dimasukkan ke dalam Ajong. Proses penangkapan roh jahat tersebut juga dilakukan dengan menggunakan roh-roh (baik) penguasa alam gaib di kawasan setempat yang merasuki pawang.

Beberapa pawang yang didampingi "peradi" (asisten pawang yang menjadi jembatan komunikasi dengan roh) pun sudah siap dengan pakaian khusus berwarna kuning dan perlengkapannya. Pemain musik gendang, gong dan rebana pun telah bersedia. Tampak satu tong besar air yang dicampur dengan berbagai jenis bunga-bungaan di depan para pawang. Air ini nantinya akan digunakan warga untuk merendam benih padi sebelum ditanam.

Tak lama kemudian, upacara dimulai yang ditandai dengan pembakaran kemenyan oleh peradi sambil mengambur-hamburkan ratteh (padi yang di buat seperti pop corn) dan beras kuning ke sekeliling penonton. Lalu, dimulailah proses pemanggilan roh. Ketika memanggil roh, peradi dan pawang bersahut-sahutan melantunkan syair dan lagu khusus yang diiringi dengan pukulan gendang dan alat musik lainnya.

Sebelum syair habis dilantunkan, tiba-tiba terjadi perubahan pada sang pawang. Tubuhnya berkelojotan sesaat dan matanya nanar. Itu diyakini sebagai pertanda bahwa tubuhnya telah disusupi oleh roh. Peradi kemudian berkomunikasi dengannya dan menyatakan maksud pemanggilan. Roh baik yang datang itu diminta untuk "menangkap" roh-roh jahat dan memasukkannya ke dalam Ajong. 

Pawang yang sudah dirasuki roh itu terkadang bertingkah aneh-aneh. Ada kalanya ia memanjat di atas atap rumah, pohon dan sebagainya. Setelah itu, ia akan mengelilingi Ajong sambil menaburkan ratteh atau mengipasinya dengan mayang pinang. Biasa pula ia minta dihibur dulu dengan nyanyian dan tarian. Tak heran dalam prosesi ini, beberapa penari raddad memang telah disiapkan. Uniknya, di sini penari raddad yang ditampilkan terdiri atas ibu-ibu yang telah berumur, bukan para remaja.

Pada kegiatan budaya Antar Ajong ini, dari awal persiapan penentuan kapan waktu antar Ajong sampai penari raddad sekalipun yang lebih diutamakan adalah mereka yang dituakan. Selain mereka lebih berpengalaman dan memahami betul prosesi tradisi ini, ini juga merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan bagi tetua atau sesepuh. Pepatah melayu mengatakan, “mereka lebih dulu makan garam”. Artinya merekalah orang yang berpengalaman dalam tradisi ini.

Pawang biasanya dirasuki oleh beberapa roh. Ini diketahui dari pengakuan roh yang meminjam tubuh pawang. Ketika ditanya peradi, ia memperkenalkan diri dengan nama yang berbeda-beda. Tak jarang juga ditemukan penonton yang ikut-ikutan dirasuki roh.

Upacara baru dinyatakan selesai setelah roh tersebut menyatakan bahwa semua roh jahat yang ada dan potensial mengganggu telah ditangkap dan dimasukkan ke dalam Ajong. Dengan demikian, Ajong-ajong itu sudah siap untuk dihanyutkan ke laut.

3. Ritual Pelepasan Ajong Ke Laut

Apabila Ajong sudah selesai dilaksanakan, maka dilakukan penurunan Ajong pada parit kecil sebagai wujud pengadaptasian untuk mengarungi lautan luas. Waktu dilakukan pelepasan Antar Ajong kelautan lepas, terlebih dahulu semua Ajong-ajong punya masyarakat itu disusun secara sejajar di pinggir pantai dengan corak dan warna yang sangat bervariasi.

Karena kegiatan Antar Ajong sudah merupakan tradisi masyarakat Paloh, maka seluruh masyarakat petani khususnya di daerah tersebut akan datang berduyun untuk menyaksikan prosesinya yang untuk mengetahui bagaimana perjalanan Ajong-ajong tersebut menuju lautan lepas.

Namun sebelum Ajong dilepas terlebih dahulu diantar dengan tradisi joget dan bahkan pencak silat yang diiringi dengan bunyi-bunyian gendang tradisional masyarakat setempat.

Usai acara hiburan tersebut dan setelah mendapatkan instruksi dari pawang, para pemilik Ajong lalu memanggul Ajong mereka masing-masing. Dengan aba-aba berupa Shalawat Nabi, mereka berlari sejadi-jadinya menuju laut. Pelepasan Ajong harus dilakukan secara serentak oleh pemilik Ajong, Ajong tersebut digiring ke bibir laut yang selanjutnya akan terbawa arus menuju lautan lepas. Mereka baru kembali ke daratan setelah Ajong dinilai aman berlayar.

Proses perjalanan Ajong-ajong tersebut mempunyai arti yang apabila waktu dilepas mengalami tingkat kesulitan untuk berlayar maka diasumsikan masih adanya rasa belum keikhlasan begitu juga sebaliknya apabila Ajong tersebut melaju secara cepat dengan tanpa hambatan maka diasumsikan bahwa masa tanam masyarakat akan mengalami masa jayanya.

Tujuan umum dari tradisi Antar Ajong adalah merupakan proses mengantarkan sementara para pengganggu tanaman-tanaman padi yang akan ditanam oleh masyarakat agar dapat pergi dalam sementara waktu. Prosesi Antar Ajong ini ada tiga fase yaitu:

  • Fase yang pertama prosesi Antar Ajong seperti yang disebutkan di atas.
  • Fase kedua adalah masa pemberiatahuan dari penghuni Ajong yang biasanya ada isyarat enam bulan kemudian yang intinya memberitahukan bahwa sudah saatnya musim panen dilakukan, dan ini akan diiringi dengan masa makan emping (padi yang dioseng sebentar lalu ditumbuk sampai berbentuk pipih dengan penumbuk padi (alok)).
  • Fase ketiga adalah masa antar upeti ke Istana dengan bahan-bahan seperti beras kuning, beras pulut, retih, emping dan padi yang jumlahnya serba sedikit sebagai syarat budaya Antar Ajong ini.  Keesokan harinya baru Ajong diturunkan diluncurkan ke laut dengan maksud membawa bermacam-macam wabah penyakit dan bagi desa yang ditinggalkan menjadi aman dan tentram mendapatkan rizki yang berlimpah dari Tuhan (hasil panen yang berlimpah).
  •  

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM RITUAL ADAT ANTAR AJONG

Antar Ajong pemaknaannya dari dahulu hingga sekarang memiliki pergeseran. Dan ini berarti dalam hal pemaknaan ritual telah mengalami perkembangan, ada kemungkinan akibat pengaruh perkembangan zaman dan paradigma masyarakat setempat. Selain itu, instansi pemerintah setempat atas nama dinas Kombudpar (Komunikasi Budaya dan Pariwisata) Kabupaten Sambas ingin melestarikannya sebagai salah satu aset pariwisata daerah.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Antar Ajong dikenal masyarakat setempat sebagai salah satu media pengecoh roh-roh jahat yang menguasai lingkungan sekitar desa (pontianakpost.com).

Adapun peran dari di adakannya Antar Ajong ini yaitu:

1. Dengan diadakannya Antar Ajong, masyarakat dapat mengetahui musim tanam padi yang sesuai dan tepat menurut kepercayaan setempat. Selain itu, kegiatan ini telah dijadikan masyarakat untuk mempererat hubungan silaturahmi di antara mereka. Dapat disaksikan dari persiapan Antar Ajong diawali dengan musyawarah antar tetua masyarakat, begitupula dimulai dari pencarian bahan Ajong, pembuatan, penyeiaan sesajian, sampai upacara ritual pelepasan Ajong ke laut itu semua dilakukan secara bergotong-royong antar desa.

2. Selain itu, Antar Ajong telah menjadi sarana hiburan menarik baik bagi masyarakat setempat maupun masyarakat luar. Bahkan tradisi ini dapat digali dan dijadikan sebagai aset wisata yang menjanjikan sehingga imbasnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Paloh. Paloh menjadi salah satu tempat yang dikenali dengan ikon Antar Ajongnya. Di sela-sela acara tahunan ini masyarakat dapat berjualan sehingga menambah pendapatan mereka. 

Pemerintah berwacana untuk mengemas tradisi Antar Ajong ini menjadi sebuah potensi wisata yang menjanjikan. Di luar momen ritual ini, direncanakan akan diadakan sebuah festival Antar Ajong yang menampilkan utusan dari seluruh desa di Kecamatan Teluk Keramat dan Paloh. Kegiatan ini diyakini akan dapat menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Sambas. (pontianakpost.com/berita)

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP RITUAL ANTAR AJONG

Pandangan masyarakat tentang Ritual Adat Antar Ajong bermacam-macam. Ada yang beranggapan kegiatan tersebut baik demi keselamatan dan kebaikan bersama, ada pula yang beranggapan kegiatan tersebut merupakan kegiatan musyrik. Karena adanya kontroversi pemahaman tentang makna dari ritual tersebut tersebut, kegiatan tersebut sempat mengalami kekosongan yang cukup lama. Tetapi,  dinas Kombudpar (Komunikasi Budaya dan Pariwisata) Kabupaten Sambas ingin melestarikannya sebagai salah satu aset pariwisata daerah. Sehingga kelompok dari generasi muda 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Paloh, Kecamatan Tangaran dan Kecamatan Teluk Keramat mempunyai komitmen untuk mengembangkan pariwisata di pesisir pantai utara dengan memunculkan kembali Ritual Adat Antar Ajong sebagai maskot budaya dari Kabupaten Sambas. Kemudian, dengan diadakan Ritual Adat Antar Ajong diharapkan mampu menjadi media untuk kerukunan warga Kecamatan Paloh dan sekitarnya.

Dari hasil penulisan tersebut, disarankan sebagai berikut: (1) agar masyarakat sekitar Kecamatan Paloh diharapkan tetap mampu melestarikan Ritual Adat Antar Ajong beserta dengan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung, dan juga mewariskan budaya beserta nilai-nilainya tersebut kepada generasi penerus agar kebudayaan tersebut tidak hilang terkikis perkembangna zaman. (2) agar Pemerintah Kabuupaten Sambas diharapkan mampu memberikan dukungan baik berupa materiil maupun moril kepada pihak-pihak yang bersangkutan agar kelestarian budaya lokal yang ada tetap terjaga. (3) agar kecamatan-kecamatan sekitar Paloh yang sekarang memisahkan diri dari kecamatan Paloh yakni Kecamatan Tangaran serta Kecamatan Teluk Keramat juga ikut serta dalam memeriahkan kebudayaan tersebut. Dengan harapan, hal ini mampu mempersatukan masyarakat di sekitar Kecamatan Paloh dan juga mengangkat budaya dari nenek moyang masyarakat Sambas yang semakin lama semakin terkikis dengan perkembangan zaman di era globalisasi ini.

Mari menginspirasi banyak orang dengan budaya bangsa kita #NowWeSee #46thMenginspirasi, #GBCFebruari.

Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.