Ritual Adat Tepung Tawar Masyarakat Suku Sambas


SAMBASBORNEO - Budaya adalah kekayaan atau warisan dan sekaligus menjadi ciri khas suatu daerah yang harus dipertahankan keberadaannya agar tidak hilang di telan zaman.  Seperti yang kita bahas tentang budaya di Kalimantan Barat, begitu banyak suku di Kalimantan Barat seperti Melayu, Dayak, Bugis, dan Tionghoa menjadi begitu beraneka ragam budaya di Kalimantan Barat. Misalnya, pengenalan budaya Melayu dan budaya Dayak adat tepung tawar / napukng tawar.

Untuk Suku Sambas itu sendiri, Adat dan upacara adat Tepung Tawar sudah menjadi kewajiban atau keharusan khususnya kalangan masyarakat Suku Sambas (Melayu Sambas) dan tidak hanya Suku Sambas akan tetapi kalangan Dayak Salako di Kabupaten Sambas juga masih mempertahankan adat dan upacara Tepung Tawar (bahasa dayak: Napukng Tawar).

Adat dan upacara adat Tepung Tawar tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sambas sejak ratusan tahun yang lalu, dan pada saat itu masyarakat Suku Sambas masih memegang teguh kepercayaan leluhur yakni agama Hindu Karahingan. Dan hingga sekarang keberadaannya diapresiasi dengan baik oleh masyarakat Suku Sambas. Dan sejalan dengan datangnya agama Islam yang disebarkan oleh para mubaliq, baik yang datang dari Arab, Sumatera, Malaysia, Thailand, dan pulau-pulau lainnya.

Adat dan upacara Tepung Tawar umumnya banyak dilakukan oleh masyarakat Melayu dan Suku Dayak akan tetapi pada masyarakat Melayu upacara tepung tawar yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni Tepung Tawar Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung tawar Rumah. Dari empat jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai perbedaan baik yang menyangkut peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan. 

Adat dan upacara Tepung Tawar oleh masyarakat Suku Sambas dilakukan dalam berbagai kegiatan. Pada umumnya meliputi siklus daur kehidupan manusia, artinya Tepung tawar dilakukan pada saat pelaksanaan perkawinan, saat si Ibu melahirkan anak pertamanya. Dan pada saat sebuah keluarga mendapat musibah meninggal dunia. Pada masa-masa tertentu. Yaitu terjadinya kejadian atau pristiwa sangat penting dalam masyarakat Melayu Sambas juga dilakukan acara Tepung Tawar.

Contoh beberapa kejadian atau peristiwa penting secara singkat diuraikan sebagai berikut.
  1. Pada pelaksanaan perkawinan, Tepung Tawar dilakukan terhadap kedua pengantin, yang dilakukan pada hari ketiga setelah hari pesta kawin. Setelah Tepung Tawar dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara adat “mandi bululus” dan acara “balik tikar”. 
  2. Calon ibu yang kehamilan pertamanya memasuki usia tujuh bulan dan usia sembilan bulan, melakukan Tepung Tawar tujuh bulan. Tepung Tawar sembilan bulan (disebut juga”Tepung Tawar”atau “Belenggang”) ketika sang bayi berusia 40 hari dilakukan pada acara Tepung Tawar bayi dan kedua suami-istri.
  3. Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah rumah maka di lakukan pula acara Tepung Tawar).
  4. Tepung Tawar dilaksanakan juga bila ada anak laki-laki yang akan dikhitan.
  5. Demikian juga keluarga yang salah seorang anggota keluarganya meninggal, pada hari-hari tertentu setelah hari penguburan akan dilaksanakan acara Tepung Tawar bagi keluarga yang ditinggalkan.

Maksud dan fungsi mengadakan acara Tepung Tawar ini adalah untuk memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, yang tentunya di tunjukkan krpada Allah Swt. Yang menciptakan manusia dan alam raya. Inilah barang kali tujuan pokok, disamping adanya tujuan lain yang tersirat dari upacara Tepung Tawar tersebut. Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa selamat oleh tokoh dan tua-tua kampong.
Manjelang pelaksanaan Tepung Tawar, diperlukan persiapan, perlengkapan, tenaga pelaksanaan, dan lain-lain. Berikut ini uraian secara ringkas hal-hal yang harus ada dan dipersiapkan dalam ritual Tepung Tawar tersebut.

  1. Waktu pelaksanaan tepung tawar umumnya pada pagi atau pada sing hari, bertempat dirumah atau orang yang hajatan. (bersangkutan).
  2. Pelaksanaannya terdiri antara lain :
         a. Satu buah mangkok putih tempat tepung beras yang telah di hancurkan dengan air tolak bala, yaitu segelas air putih yang di bacakan doa tolak bala. Selain untuk menghancurkan tepung beras, air tawar tolak bala digunakan juga untuk diminum atau untuk disiramkan di kepala yang ditepung tawari.

       b. Beberapa helai daun lenjuang ungu, daun mentibar (disebut daun ntibar), dan beberapa helai daun ribu-ribu.

       c. Sebentuk cincin emas atau perak, terutama pada tepung tawar mandi belulus pengantin. Cincing tersebut diikatkan pada anyaman daun kelapa muda.

       d. Beras kuning secukupnya.

       e. Sebuah talam kecil tempat meletakkan mangkuk.

Orang di minta untuk melaksanakan Tepung Tawar disebut “Tukang Pappas”. Pelaksanaan di sebut “mappas”. Tukang Pappas ini biasanya orang-orang tua di kampung, keluarga tua terdekat, dan lain-lain. Jumlah tukang pappas selamanya ganjil, misalnya 3,5 atau 7 orang. Jumlah ganjil ini memang telah ditentukan adat. Kalau dilakukan laki-laki atau perempuan maka jumlahnya di atur, misalnya kalau lima orang, dibagi 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. 

Kalau Pemappas sebanyak 7 orang dapat di bagi lima laki-laki, dua orang perempuan atau 3 orang perempuan dan empat orang laki-laki, dan seterusnya. Tiga jenis daun tersebut di atas diikat dijadikan satu berikut cincin, diletakkan disamping mangkuk berisi air tupung beras. Beras kuning dimasukkan kedalam gelas kecil, diletakkan di samping mangkuk.

Setelah sesuatu lengkap dan maka acara Tepung Tawar dilaksanakan. Untuk pelaksanaan penulis mengambil contoh acara Tepung Tawar pindah rumah baru. Acara ini biasanya dilaksanakan pada hari jumat pagi. Pada malam jumat biasanya dilakukan pembacaan surat yasin oleh para tamu. Pada saat selesai membaca surat yasin dan doa maka tamu di sungguhi jamuan berupa nasi, kue-kue sop kimlo, besok paginya tetamu yang hadir tersebut di manta untuk hadir pula sekitar pukul 5.30 WIB atau pukul enam pagi.

Keluarga yang pindah rumah duduk dilantai beralaskan tikar. Sang ibu di samping bapak, di kiri atau kanan duduk anak-anak mereka . Posisi duduk dengan melonjorkan kedua kaki ke depan. Busana yang di pakai bebas, rapi, dan bersih. Kopiah yang di pakai di tanggalkan dan kedua tangan di atas lutut dengan tapak tangan terbuka.

Setelah siap maka tibalah orang pertama Tukang Pappas melaksanakan tugasnya. Mangkuk berisi air tepung beras dipegang dengan tangan kiri, yangan kanan memengan ikatan daun lenjuang ,ntibar, daun ribu-ribu. Ikatan daun dicelupkan kedalam mangkuk, kemudian dengan perlahan-lahan dipukul-pukulkan ke bahu kanan dan kiri si Bapak, kemudian dipukulkan pada kedua tapak tangan, setelah itu, pada kedua kaki. Hal yang sama dilakukan juga kepada si Ibu, anak tertua, dan anak berikut sehingga selesai.

Setelah memappas maka si Bapak, Ibi, dan anak-anak ditaburi beras kuning pada kepalanya. Setelah selesai tukang pappas pertama, dilanjutkan oleh Tukang Pappas kedua, dilanjutkan oleh Tukang Pappas ketiga, keempat, dan seterusnya sesuai dengan jumlah pemappasan yang telah ditentukan.
Tukang Pappas terakhir sedikit berbeda dengan Tukang Pappas sebelumnya. Pappasan terakhir, setelah melakukan pappasan seperti Pemappasan terdahulu, Pemappasan terakhir harus pyla memappas bagian-bagian rumah yang dipindahi, yaitu memeppas keempat sudut (tiag sudut) rumah, dimulai dari sudut kanan luar rumah, kemudian menuju ke belakang rumah. Setelah selesai, daun (ikatan daun) dan air tepung tawar dibuang ketempat khusus di belakang rumah.

Keluarga yang ditepung tawari diberi minum air tolak bala kemudian mandi. Suguhan jamuan pada pagi ituselalu berupa kue-kue sebanyak 5 sampai 8 macam. Diadatkan pula untuk tetep menyuguhkan kue apam beras, ketupat ketan, dan bertih yang diberi gulla merah. Minumannya selalu manis seperti kopi atau kopi susu.

Secara garis besar dan umum dilakukan adalah seperti acara Tepung Tawar pindah rumah baru. Pada acara Tepung Tawar pengantin mandi belullus acara tambahan adalah meniup Tawar yang diletakkan di dalam “dulapan” berisi beras, padi, gula pasir, kelapa, dan lain-lain. Lilin sebanyak 5 sampai 7 buah ditiupkan secara bersamaan oleh kedua pengantin. Setelah itu di lanjutkan dengan mandi bersama yang dilakukan siraman oleh beberapa “tukang siram” dari para tetamu yang di undang.
Pada acara ini salah seorang penyiram melakukan sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Setelah ia melakukan siraman satu atau dua kali, Siraman ketiga bukan ditujukan kepada kedua pengantin tetapi diarahkan dan ditujukan kepada tetamuyang menyaksikan. Tentu saja tetamu yang terkena siraman iar basah kuyup dan ia pun secara spontan mengambil gayung dan menyiram tetamu yang belum terkena siraman. Suasana menjadi ramai dan tawa berkepanjangan.

Selesai acara mandi-mandi ini, dilanjutkan dengan lagi acara “balik tikar” dengan tata cara tertentu pula. Tepung Tawar pengantin jamuan yang di hidangkan biasanya berdentuk makan nasi “bersaprah” (makan beregu).

Pada Tepung Tawar kehamilan pertama berusia tujuh bulan yang ditepung tawari adalah si Ibu yang hamil. Pada acara Tepung Tawar kehamilan berusia atau memasuki usia sembilan bulan, Tepung Tawar ini disebut “Belenggang atau Tepung Tawar Minyak”. Sebelum ditepung tawari cara biasa, si Ibu berbaring diatas tempat tidur ber Alaskan kain batik. Seorang bidan (dukun beranak) yang telah di “tampah” lama sebelumnya mengurut-urut perut si Ibu. Selesai urutan pertama, kain batik pertama diambil demikian dilakukan sampai ketujuh kain ditarik dari alas si Ibu.

Pada saat itu, adapt Tepung Tawar Belenggang sudah jarang dilakukan. Tepung Tawar setelah si bayi berusia empat puluh hari yang kemudian dilanjutkan dengan acara “injak bumi” juga agak jarang dilakukan. Hal ini tidak dilakukan lagi mungkin disebabkan banyaknya perlrngkapan yang diperlukan, misalnya tanah yang akan diinjak si bayi haruslah tanah yang di ambil dimekah, saat orang naik haji.
 



A.Muin Ikram. 2004. Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sanbas. Naskah.
Sambas : MABM Sambas.

Aghimsa. Tt. Adat Kawin Melayu Sambas. Pontianak: Yayasan Penulis 66.

Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.