Sejarah Singkat Penamaan Jalan Uray Bawadi di Kota Pontianak

misterpangalayo.com - Kota Pontianak merupakan kota terbesar di Provinsi Kalimantan Barat yang mempunyai luas wilayah 107,82 km2. Tak heran kota yang dilewati garis khatulistiwa ini masuk dalam peringkat ke tujuh 'kota termacet' di Indonesia (survei lembaga riset Inrix), pengendara harus terjebak di kemacetan selama 40 jam dalam setahun atau 22 persen.


Pada saat jam sibuk, waktu pengendara yang habis di jalan ketika macet mencapai 24 persen. Sedangkan di luar jam sibuk, persentase waktu pengendara ketika macet 23 persen. Hingga akhir tahun 2018, semakin hari tingkat kemacetan terus meningkat mengingat pertumbuhan kendaraan yang semakin hari semakin meningkat.

Kota yang dijuluki 1000 parit ini dalam kurun waktu 10 tahun terakhir semakin berkembang pesat. Pembangunan infrastruktur jalan, fasilitas umum, pendidikan sangat terasa. Hampir semua ruas jalan di kota yang awalnya rata-rata hanya kisaran 6-8 bisa diperlebar menjadi dua kali lipat, dan hampir semua jalan di kota sudah beraspal.

Salah satu jalanan di kota Pontianak yang mencuri perhatian penulis adalah Jalan Uray Bawadi. Nama depan "Uray" sudah menunjukkan beliau adalah pria asal Benua Sambas (benua/daerah merujuk wilayah bekas Kesultanan Sambas). Penulis pun mencari tahu siapa sebenarnya Uray Bawadi tersebut. Berdasarkan perubahan nama tahun 1970, daerah yang awalnya disebut Kampung Darat pada masa Kesultanan Pontianak ini bernama Jalan Jawa dan diubah menjadi Jalan Uray Bawadi.

Berangkat dari alasan untuk menghilangkan kesan kesukuan, penamaan Uray Bawadi karena beliau pada masanya (1945-1950) sangat aktif dalam gerakan pemuda pejuang kemerdekaan, dan pergerakannya mulai gencar sejak tahun 1950-1970. Setelah tahun 1970, beliau aktif dalam dunia bisnis terutama usaha Pelayaran di Kota Pemangkat (Kabupaten Sambas).

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan, Uray Bawadi pernah memimpin gerakan Persatuan Oemoem Rakyat Indonesia (PORI) di Kota Pemangkat bersama Uray Hasan pada tahun 1946. Berangkat dari menyebarnya berita kemerdekaan negara Republik Indonesia hingga terdengar ke tanah Sambas pada tanggal 24 Agustus 1945.

Berita tersebut dibawa oleh A.A. Hamidhan dan A.A. Rivai, berita ini pun disebarluaskan melalui Borneo Shinbundi Banjarmasin dan Kandangan. Sedangkan berita kemerdekaan terdengar di kawedanan Pemangkat dibawa oleh M. Akir, pemuda asal Semparuk yang sebelumnya merantau di tanah Semarang, pada pertengahan Oktober 1945 menyampaikan informasi bahwa Indonesia telah merdeka, diproklamirkan tanggal 17 Agustus oleh Bung Karno dan Bung Hatta.

Mendengar berita itu, Urai Bawadi dan teman-temannya mufakat membentuk "Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat" yang di pimpin langsung oleh dirinya dan beberapa pemuda Pemangkat, serta tokoh masyarakat sebagai pembantu/seksi. Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat ini bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan Belanda. Markas Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat terletak di Jalan Nusantara (sekarang) ex rumah Dain Harun.


Adapun kegiatan KAPP :
  • Menyampaikan kepada pemuda dan rakyat di kampung-kampung bahwa Indonesia telah merdeka. 
  • Mengibarkan bendera Merah Putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya perorangan maupun beramai ramai.
  • Merusak jembatan yang menghubungkan Pemangkat, Singkawang dan Pemangkat.
  • Pemuda-pemuda ex Heiho ditugaskan mengadakan perlawanan apabila tentara Belanda memasuki kota Pemangkat.
Hingga pada tanggal 25 Oktober 1945 berkibarlah bendera Merah Putih di setiap rumah penduduk di Kampung Banjar, Pemangkat selama sehari penuh. Karena kejadian ini, empat hari kemudian markas Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat diserbu oleh tentara Belanda untuk menangkap Dain Harun dan pejuang lainnya.

Saat penyerbuan, mereka sempat melarikan diri dan bersembunyi di kediaman Khui Lim (kantor anim / listrik) di kawasan Pasar Lama. Subuh dini hari tanggal 30 Oktober 1945 Dain Harun di jemput oleh dua pejuang yakni Doleng alias Basuni dan Amat menaiki sebuah sampan Dain Harun dibawa ke Teluk Pakuk Tanjung Kaduk,Pemangkat. Di situ sudah disediakan perahu motor yang siap berangkat ke Singapura,setelah beberapa hari Dain Harun tinggal di Singapura ia kemudian berangkat ke Tegal ,Jawa Tengah.

Perjuangan Uray Bawadi hingga terbentuknya DIKB (Daerah Istimewa Kalimantan Barat) sampai bubarnya DIKB pada tanggal 18 Agustus 1950, terhitung tanggal tersebut maka Kalimantan Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu putera bangsa, Uray Bawadi memberikan rasa nasionalismenya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan Kalimantan Barat, sehingga namanya diabadikan untuk nama jalan di kawasan perkampungan Jawa di Kota Pontianak.


Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.