"Besamsam" di Negeri Jiran


misterpangalayo.com - Tidak tahu mau mulai cerita dari mana, tanpa basa basi mari dengar cerita dan pengalaman saya. Mengapa “Besamsam di Kpg Biawak – Malaysia” ? karena perjalanan saya kali ini dalam misi trip keliling pulang Kalimantan berbeda dari lainnya. Unik dan kocak, hahahahaha….

Liburan kenaikan kelas telah tiba, horee horee horee. Masa itu saya masih belum ada rencana mau liburan kemana. Saking senangnya bisa naik ke tingkat 3 di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kejadian ini terjadi di bulan Juni 2011, tiba-tiba teman saya di Kpg. Biawak (Sarawak-Malaysia) menyuruh saya untuk liburan di rumahnya. Awalnya saya menolak karena pada masa itu juga saya baru berencana mau ke Kota Sintang. Di sisi lain saya belum mempunyai Pasport dan administrasi lainnya.

Saya pun berpikir, berpikir, dan berpikir akhirnya saya bulatkan tekad untuk ke Sarawak. Pertama saya melengkapi persyaratan dan administrasi pembuatan Pasport Lintas Batas (PLB). Singkat cerita, semua administrasi sudah beres dan saya bisa untuk keluar batas Negara. Selesai urusan tersebut, saatnya saya mempersiapkan bekal dan keperluan pribadi untuk ke sana.

Ada dua rute untuk ke Kpg. Biawak, lewat Border Entikong atau Border Aruk. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang saling menutupi. Border Entikong, kalau dari Kota Sambas sangat jauh perjalanan yang di tempuh sekitar 10 jam. Border Aruk, dari Kota Sambas jaak tempuh hanya 5-6 jam. Ruas jalan lebih bagus jurusan Border Entikong daripada Border Aruk, dengan penuh pertimbangan saya pun memilih Border Aruk untuk urusan Lintas Batas Negara.

Kelebihannya adalah biaya transportasi murah, jarak tempuh dekat karna masih satu wilayah kabupaten, dan pemandangan sepanjang perjalanan membuat mata sangat terpesona melihat deretan pegunungan yang beragam warna, hutan, satwa, dan kebun sawit, serta melintasi kawasan Kebun Raya Sambas. Kekurangannya adalah debu dan sebagian jalan rusak.

Perjalanan Bermandi Debu

Pukul 10.00 pagi waktu setempat saya mulai meninggalkan Kota Sambas, dengan berbekal 1 koper dan beberapa cemilan. Rute yang akan saya lalui adalah Kota Sambas – Galing – Sasak – Tanjung – Kaliau – Aruk. Cuaca pada saat itu memang begitu panas sehingga butiran-butiran debu berpesta. Kota Sambas pun semakin lama semakin tidak terlihat, saya pun terdiam dan terpaku karena di dalam pikiran saya ingin cepat-cepat sampai.

#2016 sekarang sudah bisa via DAMRI
Tiba-tiba bis berhenti di simpang tiga jurusan sekura – jurusan galling, ternyata calon penumpang sudah menunggu. Lima menit berlalu bis pun melanjutkan perjalanan, cuaca semakin lama semakin panas dan gerah. Debu pun semakin meningkat membuat semua penumpang melindungi dirinya dari serangan debu, adanya yang memakai masker, switter, dan handuk. Karena bis yang kami tumpangi itu adalah tanpa jendela (maklum angkutan ke pedalaman/perbatasan).

Gerah dan bermandikan debu membuat saya harus aktif dan tidak bisa tidur. Pemandangan kiri kanan saya hanya lahan kosong dan pemukiman sangat jarang. Rumput-rumput sepanjang jalan seolah menari-nari menghilangkan rasa jenuh saya. Pemukiman penduduk udah mulai ada dan semakin lama semakin banyak, sampailah kami di Kota Galing. Bis yang kami tumpangi pun berhenti di persimpangan rumah makan, di beri waktu ISOMA selama 30 menit. Tidak mau menyiakan kesempatan, saya langsung ke rumah makan untuk memanjakan perut.

Nasi padang dengan lauk pauk berupa Ayam Goreng, Sambal Balado, Teur mata sapi, dan Es Teh. Makan siang pun berlangsung, semua orang di sekeliling saya tak ketinggalan menikmati waktu makan siang. Hampir tidak konsentrasi makan karena pelayannya asyik perhatikan saya dan terkejutnya saya, dia bertanya seputar saya (hahahaha ngajak kenalan tuuuhzz),,, wkwkwkwkw…

Perut pun kenyang dan saatnya ke WC untuk nyetor air seni, setelah itu langsung ke kasir. “Alamak, murahnye makan tok??” semua belanja saya hanya 10.000 IDR, tidak seperti di Kota Sambas. Saya pun kembali ke tempat dimana saya duduk tadi sambil melihat hiruk pikuk pasar Kota Galing. Klakson bis berbunyi menandakan sebentar lagi bis yang saya tumpangi berangkat, saya dan yang lainnya pun bergegas masuk. Saatnya berangkat, boom boom boom,,,,

Rute perjalanan dari sinilah yang sangat saya takuti, debu terparah sedang melanda kalau terik matahari. Dari debu berwarna merah karena jalan gunung dan berwarna putih, untung saya membawa masker walau semua tubuh saya bermandikan debu. Sesampai di Desa Sasak (Sajingan Besar) daratan tinggi udah tampak, jalanan naik-turun karena pegunungan hingga perbatasan. Disinilah pemandangan luar biasa akan kita jumpai dan tempat wisata pun telah disuguhkan oleh masyarakat sana.

Tidak jauh dari Desa Sasak, kita akan menjumpai tempat wisata Rohani yaitu Goa Santok dan Air Terjun. Wisata Rohani bagi masyarakat setempat khususnya yang berkeyakinan Katolik dan lainnya. Benar-benar berada di pegunungan sehingga keasrian alam masih sangat terjaga dan pemandangan luar biasa deretan pegunungan yang sangat panjang. Jalanan berliku, curam, naik gunung, turun gunung, sangat dibutuhkan kehati-hatian oleh sang supir. Double “WOW” negri di atas awan, itulah sebutan untuk Kecamatan Sajingan Besar. Karena datarannya semua pegunungan dan kekayaan alam yang berlimpah serta orang utan masih berkeliaran di hutannya.


Sebuah perjalanan yang sangat mengesankan walau bermandi debu dan keringat. Tidak terasa perjalanan sudah semakin singkat, saya pun langsung “calling” teman saya untuk siap-siap menjemput saya di perbatasan. Sampailah di Border Aruk, saya langsung ke Imigrasi mengurus PLB saya, akhirnya saya resmi keluar batas. Eitttzzz sesampai di Pos Lintas Batas Malaysia, saya diperiksa oleh Polis Malaysia. Interview dan pemeriksaan, alhasil saya lolos dan bisa menginjakkan kaki di Bumi Sarawak. Dari kejauhan teman saya sudah menunggu bersama sepeda motor ber-plat Malaysia, kami pun menuju rumahnya.

Besamsam

Pukul 16.00 waktu setempat saya tiba, dan saya sangat gembira karena sinyal telkomsel begitu kuat di Kpg. Biawak, jadi tidak perlu saya mengganti kartu perdana Malaysia. Sesampai dirumahnya saya langsung istirahat walau sebentar karena teman saya mengajak saya nongkrong di Kedai tantenya. Walau badan sangat lelah tetapi saya masih semangat, awalnya saya merasa sangat asing tetapi keramahan mereka semua membuat saya terharu.

Sajingan Besar - Sambas

Hampir 90% penduduknya mayoritas Dayak Salako (Badamea), sisanya Melayu Sambas dan lainnya. Sebagian penduduk sana menggunakan jaringan Telkomsel untuk berkomunikasi, bekerja sama dengan masyarakat Aruk (Indonesia) dalam hal isi ulang pulsa dan lainnya. Mereka juga bisa memahami dan berbahasa Indonesia, bahkan bahasa Melayu Sambas. Karena bahasa Melayu Sambas mirip dengan bahasa Melayu Kuching.

Saya berinteraksi dengan masyarakat sana menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Badamea. Saya sangat di terima dengan baik oleh keluarga teman saya. Orangtua nya dan saudara-saudaranya serta kerabat-kerabat terdekatnya. Banyak hal yang saya pelajari di sana dan ini benar-benar liburan yang mengasyikan saya rasa.

Tetapi, keesokan harinya semua masyarakat Kpg. Biawak tidak boleh keluar rumah dan hanya di perbolehkan keesokan siang harinya boleh keluar rumah. Setelah saya telusuri ternyata sedang berlangsung acara adat yaitu “besamsam”, jikalau ada yang keluar rumah dan ketahuan oleh orang adat atau ketua adat akan di kenakan hukuman adat setempat. Ritual adatnya seperti Orang Bali saat menyambut Hari Raya Nyepi. Hanya kami berdua dirumah, benar-benar membosankan dari pagi hingga malam, dari malam hingga keesokan siang harinya. Makan-tidur-nonton, hahahaha……..

Pusing-pusing Bandar Lundu

Keesokan harinya, teman saya mengajak saya jalan-jalan ke Banda Lundu. Sekitar satu jam dari Biawak, maka kami pun bersiap-siap untuk ke sana. Semua sudah beres, kami pun berangkat ke Bandar Lundu. Sejaman kemudian sampailah kami di Bandar Lundu, saya terpukau dengan penataan kota nya yang sangat bersih dan rapi. Bandar Lundu bukan Bandar besar seperti Bandar Kuching, Bandar (Kota) yang tidak terlalu besar tetapi bangunan dan jalanan tertata rapi, hijau, taman kota ada, secuil sampah pun tidak saya temukan sepanjang saya keliling. Parkir Mobil dan motor begitu rapi, dan masyarakat sana berkendara dengan baik dan aman.



Latar belakang bandarnya sebuah gunung yang berdiri megah, sungai, hingga pantai. Mengelilingi Bandar dengan berjalan kaki sangat mengasyikan dan berbelanja murah. Wisata kuliner juga tidak ketinggalan, Double “WoW” ternyata di Lundu ada juga orang Jawa. Menu Kuliner adalah sate ayam, ayam bakar, dan minuman khas Malaysia adalah Teh Tarik (enak pisan euuiii).

Setelah itu kami melanjutkan untuk mencari angin segar, Siar Beach lah pilihan kami. Pantai Siar Lundu sebuah hamparan pasir dengan pemandangan yang sangat indah dengan menyuguhkan air laut yang sangat biru serta angin yang berhembus begitu kencang. Fasilitas di sana begitu lengkap mulai dari Hometown, Restoran, dan pendukung lainnya.

Momen ini tidak akan saya sia-siakan, bernarsis ria depan kamera, hahahahaha ;;;;;;; . Menikmati segarnya udara yang berhembus, hingga rambut pun ikut menari-nari. Tak jauh dari tempat kami, ada sebuah keluarga kecil asyik bermain air dan pasir. Ikut senang dan tersenyum melihat mereka. Hari sudah semakin gelap, kami pun memutuskan untuk pulang ke Biawak.

Kedai Kenangan

Sesampai di rumah, langsung mandi, makan, dan rehat. Kesempatan rehat saya gunakan tuk menonton televisi program Malaysia. Agak malam kami pun nongkrong di Kedai Tante “Amoy”, dia orang Salako (IND-MLY). Dia mempunyai pelayan kedai orang Sambas, jadi saya pun berinteraksi dengan Bang X (nama samaran). Malam itu suasana Kedai nya begitu ramai seperti malam biasanya, tempat nongkrong, tak kalah Tentara Indonesia begitu banyak nongkrong situ karena letaknya sangat dekat dengan Camp Tentara Perbatasan. Ditemani Cappucino dan cemilan, saya asyik bercenda gurau bersama mereka dan saya merasa berada di Negara sendiri. Di traktir Burger dan minuman-minuman kaleng, di perlakukan dengan sangat baik. Malam pun semakin larut, kami memutuskan tuk pulang.

Suara ayam berkokok menandakan hari sudah pagi, saya buka jendela hembusan angin dingin berlalu. Embun masih sangat jelas terlihat, sangat adem dan asri banget. Saya pun keluar rumah melakukan olahraga kecil, keliling-keliling lingkungan sekitar. Keringat sudah membasahi baju, pulang kerumah dan mandi pagi. Airnya sangat adem, karna bersumber dari mata air pegunungan langsung. Beda sama dengan air PAM di Kalimantan Barat, kebanyakan dari air sungai dan danau.

Bantu kawan masak untuk sarapan kami, saya bantu-bantu goreng ayam dan goring sosis. Setelah sarapan nongkrong dirumah saja sambil nonton, agak siang kami ke Kedai Tante “Amoy”. Sharing tentang daerah masing-masing dan menambah keakraban diantara kami. Karena esok saya sudah pulang ke Kota Sambas (Indonesia).

Senja menjelang malam kami pulang kerumah untuk mandi dan malamnya kembali ke Kedai untuk menghabiskan malam terakhir di Kpg. Biawak. Tidak terasa saya sudah 3 malam berada di Bumi Sarawak, menghabiskan malam terakhir sangat mengesankan. Canda Gurau dan kenangan sangat mengesankan. Saatnya istirahat kami pulang kerumah, ternyata ibunya teman saya memberikan saya oleh-oleh untuk di bawa pulang ke Indonesia. Tidak lupa terima kasih yang sedalamnya saya haturkan, dan semua kenangan yang telah di berikan. Saya pun membereskan semua pakaian saya untuk pulang besok.

1 komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.