CERITA RAKYAT SAMBAS: Kisah Nelayan Serakah Dan Asal Usul Nama Tangga Emas


misterpangalayo.com - Tangga Emas adalah sebuah dusun yang terletak dibantaran Sungai Sambas. Nama Tangga Emas sudah populer jauh sebelum Indonesia merdeka. Kali ini admin akan menceritakan kembali cerita rakyat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Sambas. Cerita Rakyat yang akan saya tuangkan di artikel ini adalah Kisah Nelayan Serakah Dan Asal Usul Nama Tangga Emas. Sumber penulisan artikel ini dari cerita mulut ke mulut yang saya dengar dari nenek saya dan dari cerita-cerita yang berkembang disekitar lingkungan tempat tinggal saya.

Sebelum saya memulai cerita ini, saya mohon maaf terlebih dahulu apabila tulisan saya terdapat banyak kekurangan dari segi gaya penulisan dan alur ceritanya. Banyak versi yang berkembang di masyarakat, tapi izinkan kali ini saya menulisnya dengan gaya saya tanpa merubah nilai moral dan alur ceritanya.

Cerita rakyat merupakan satu bentuk cerita yang populer di kalangan masyarakat Sambas dan sekitarnya, yang menjadi hiburan penting di masyarakat Sambas. Dalam masyarakat Melayu Sambas, terdapat beberapa jenis cerita rakyat seperti cerita binatang, cerita jenaka, cerita penglipur lara dan cerita pengalaman. Cerita rakyat juga sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat Sambas melalui bahasa tutur yang berhubung langsung dengan berbagai-bagai aspek budaya, seperti agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan, dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut.

Baca juga versi lainnya: Asal Muasal Nama Tangga Emas


Penasaran dengan kejadian yang dialami sang nelayan sehingga daerah tersebut di beri nama Tangga Emas ? Ayo simak baik-baik Kisah Nelayan Serakah Dan Asal Usul Nama Tangga Emas, berikut ini:


Konon, pada zaman dahulu kala, hidup seorang nelayan sungai bersama isteri dan beberapa orang anaknya di bantaran Sungai Sambas Kecil. Keluarga nelayan ini sangatlah miskin dan serba kekurangan, serta menggantungkan hidupnya sehari-hari hanya dari hasil menangkap ikan atau udang di sungai yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Apabila nasib baik berpihak kepada mereka, banyak hasil tangkapan ikan atau udang yang didapat, tapi jika bernasib sial tidak mendapatkan ikan atau udang sama sekali.

Untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya, hasil tangkapan ikan atau udang biasanya di barter dengan beras atau minyak dan keperluan lainnya. Begitulah kehidupan sang nelayan tersebut yang sangat menyedihkan dan hari-harinya selalu ia habiskan di sungai.

Suatu ketika, sang nelayan dan isterinya membuat sebuah jala, beralasan apabila mencari ikan atau udang dengan menggunakan jala, memungkinkan sang nelayan bisa menjala pada siang atau malam hari. Beberapa hari kemudian, selesai sudah mereka membuat jala tersebut dan betapa gembiranya si isteri nelayan karena dengan demikian suaminya bisa menjala kapanpun.

Singkat cerita, suatu hari persedian makanan mereka telah habis. Maka, sang nelayan dan ditemani oleh seorang anaknya pergi menjala ikan ke sungai dengan menggunakan perahu kecil, walaupun hari larut malam dan itu tidak melunturkan semangat sang nelayan untuk menafkahi keluarganya.

Dengan berbekal galah panjang, sebuah jala dan dua buah pancing, sang nelayan berharap malam itu bisa mendapatkan banyak ikan. Sebuah galah panjang dari batang bambu yang mereka bawa digunakan untuk mengukur seberapa dalam sungai yang mereka lalui dengan cara menancapkan galah tersebut ke dasar sungai.

“Yah, mudah-mudahan hari ini banyak ikan yang kita dapat,” teriak anaknya sambil melempar pancingnya ke sungai.

"Ya, anakku sayang, Ayah yakin malam ini kita banyak mendapatkan ikan," gumamnya sambil menebarkan jala buatannya.

Waktu berlalu dengan cepat, tetapi tak satupun ikan atau udang yang mereka dapatkan, sang nelayan pun tak putus asa. Dengan gagahnya dia menebarkan jala walau tak seekorpun ikan yang tersangkut di jalanya. Mereka pun mengayuh perahu hingga ke tengah sungai dan sampailah mereka di tempat yang dimaksud.

“Aku yakin disini pasti banyak ikannya,” gumamnya.

Sang nelayan menebar jala tapi masih belum mendatangkan hasil, hingga sampai lagi mereka di suatu tempat dimana lubuk tersebut mempunyai arus sungai yang begitu kuat. Dan tiba-tiba, ia merasa jalanya telah mengenai sasaran, dan mereka sangat gembira karena sekian lama menunggu akhirnya ada ikan yang terjerat dalam jalanya.

"Syukurlah, akhirnya jalaku bisa menangkap ikan disini, padahal aku hampir putus asa karena sudah terlalu lama aku dan anakku berada di sungai ini," kata sang nelayan sambil menarik jalanya.

Ketika ia menarik jalanya, ternyata jala tersebut sangat susah ditarik hingga sang nelayan meminta bantuan kepada anaknya. Tapi jalanya sepertinya tersangkut sesuatu, dan sang nelayan tanpa berpikir panjang langsung menancapkan sebuah galah panjang yang dibawanya ke dasar sungai. Lalu, sang nelayan pun langsung terjun ke dasar sungai sambil berpegangan dengan galah tersebut.

Setelah beberapa saat kemudian, sang nelayan tersebut pun muncul ke permukaan air, lalu naik ke perahu. Perlahan-lahan ia tarik jalanya dan ia pun masih terheran-heran karena jalanya terasa sangat berat dan tidak seperti biasanya. Ia terus menarik jala tersebut bersama anaknya sekuat tenaga, beruntung jalanya cukup kuat dan tidak putus saat menariknya sekuat-kuatnya.

"Yah, berat sekali, ini ikan atau buaya sih? Mudah-mudahan saja ini ikan besar, Yah ?," gumam anaknya sambil menarik jalanya.

Ketika puncak jalanya sudah mulai kelihatan, ia melihat sebuah benda aneh yang terjerat jalanya. Benda tersebut berupa sebuah rantai yang menyerupai tangga dan memancarkan cahaya terang sekali. Sang nelayan semakin terkejut ketika tahu kalau benda yang ditariknya itu terbuat dari emas, dengan cepat ujung tangga tersebut langsung dipegangnya.

“Nong, apakah Ayah tidak salah lihat? Ini tangga emas, kan?” gumamnya dengan terkejut.

"Tarik yah tarik....!," teriak anaknya.

Ternyata bukan ikan yang didapat melainkan sebuah rantai yang menyerupai sebuah tangga yang berkilauan berwarna kuning emas. Nasib baik berpihak kepada sang nelayan tersebut dan ia menarik terus rantai emas itu dengan girang. Karena ia berpikir, ia akan menjadi orang terkaya dikampungnya dengan emas yang mereka temukan di sungai itu.

Entah setan apa yang merasukinya, sang nelayan tersebut seketika timbul nafsu tamaknya, sebagaimana sifat manusia pada umumnya yang tak pernah puas dengan apa yang telah didapatnya. Ia semakin berusaha menarik tangga emas itu lebih panjang lagi, sambil mengkhayal tangga emas itu akan dijualnya dan mendapatkan uang yang banyak.

“Aku akan menjadi orang terkaya dikampung ini… aku akan KAYA RAYA…!” teriak nelayan itu kegirangan.

Tanpa mengenal lelah, sang nelayan dengan dibantu anaknya, ia terus menarik rantai emas tersebut sekuat-kuatnya kedalam perahu hingga mereka tak menyadari bahwa perahu kecilnya tidak kuat menampung beban yang begitu berat.

Hati dan pikiran sang nelayan dikuasai oleh nafsu serakah yang luar biasa, meskipun ia sudah mendapatkan rantai emas itu beberapa meter, tapi ia masih terus menarik rantai emas itu. Perahunya sudah tak mampu lagi menerima beban yang sedemikian berat. Air sungai pun sudah perlahan-lahan mulai masuk ke dalam perahu yang ditumpanginya itu.

Pada saat yang bersamaan tiba-tiba terdengar suara segerombolan katak dari seberang sungai, berlompatan tak beraturan, seolah-olah ikut menyaksikan apa yang sedang dilakukan oleh sang nelayan dan anaknya ditengah sungai. Katak-katak itu berlompatan sambil mengeluarkan suara krooot….kraaaat….kraaat…..kraaaat, suara itu makin bertambah kuat jua, kraat…..kraat…..kraat….krooot……! dan sang katak memperingatkan sang nelayan agar menghentikan perbuatannya.

Akan tetapi karena hati sang nelayan sudah dikuasai oleh ketamakannya, nafsu serakahnya, ia pura-pura tak mendengar suara katak diseberang sungai itu. Pada saat itu sekali lagi terdengar suara peringatan yang ditujukan kepadanya semakin keras.

"kraaaaat... kraaaaat... kraaaat.... karraaaaaat...!!," teriak katak-katak semakin kencang sambil berloncatan kesana kemari.

Sang nelayan terus saja menarik rantai emas itu dan ia benar-benar sudah dirasuki nafsu serakah yang teramat besar sampai tak mendengar lagi peringatan yang bisa menolong dirinya jika dindahkan, akan tetapi itu semua sudah terlambat dan tak ada gunanya lagi merapat. Akhirnya perahunya tenggelam ke dasar sungai bersama-sama dengan dirinya dan anaknya.

Terdengar jeritan keras minta tolong dari mulut sang nelayan yang menemui ajal mati tenggelam ke dasar sungai bersama-sama ketamakannya. Suara katak-katak yang riuh kini hilang sama sekali. Ribuan ekor katak-katak itu pergi entah kemana.

Demikian peristiwa yang menimpa sang nelayan dan anaknya, daerah terjadinya peristiwa tenggelamnya sang nelayan beserta anaknya itu sampai sekarang dikenal dengan kampung "Tangga Emas" (bahasa melayu sambas: kampong tangga' ammas). Sebuah perkampungan di pinggiran Sungai Sambas Kecil yang terletak 5 km dari Kota Sambas.


Demikian cerita Kisah Nelayan Serakah Dan Asal Usul Nama Tangga Emas dari daerah Sambas, Kalimantan Barat. Cerita di atas termasuk kategori cerita legenda yang di dalamnya terkandung pesan-pesan moral. Pesan moral yang terkandung dari cerita diatas adalah  melenyapkan  nafsu tamak dan serakah yang mungkin saja timbul dalam dirimu. Jangan bersikap sombong terhadap teman-temanmu baik di rumah dan di sekolah. Hormati dan patuhlah kepada kedua orang tuamu yang sudah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. 

Dan dari sinilah dapat kita petik sebuah pelajaran bahwa kita harus pandai mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Pemurah yang telah diberikan kepada kita sehingga kita termasuk hamba yang pandai bersyukur. Orang yang pandai bersyukur akan dimudahkan rezekinya oleh Tuhan, sedangkan orang yang serakah akan dibinasakan bersama hartanya. 

Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.