CERITA RAKYAT SAMBAS: Asal Usul Penamaan Gunung Senujuh


misterpangalayo.com - Gunung Senujuh, sebuah gunung yang penuh cerita. Cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat oleh para pendahulu kita dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Sebenarnya, cerita rakyat adalah cara para leluhur mengajarkan kebajikan kepada generasi penerusnya, tak hayal jika sebagian besar ceritanya menggambarkan tokoh jahat dan baik sebagai perwakilan baik dan buruk.

Banyak cerita rakyat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Sambas, dan sudah berkembang jauh sebelum Kesultanan Sambas berdiri. Cerita rakyat yang berkembang di Bumi Terigas Sambas merupakan suatu jenis cerita tradisional yang mencoba untuk menjelaskan atau memahami dunia dan warisan lokal di Sambas. Cerita-cerita rakyat bersumber dari hikayat-hikayat warisan bangsa, yang diungkapkan dari satu generasi ke generasi tanpa disandarkan kepada pendirinya (Thu'aimah 1998: 202).

Sambas merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat yang terletak di bagian paling utara Kalimantan Barat. Diujung utara Kota Sambas (ibukota Kabupaten Sambas) berlatar belakang sebuah gunung yang melengkung hijau dan eksotis, yaitu Gunung Senujuh. Luasnya 585,90 hektar dengan panjang 12.628, 50 meter yang diapit tiga anak sungai, yakni Sungai Sambas, Senujuh, dan Perigi Piai.

Secara administratif, Gunung Senujuh terletak di Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas. Jauh sebelum Kesultanan Sambas berdiri, gunung ini digunakan oleh masyarakat Sambas sebagai petunjuk arah ketika melakukan perjalanan, baik perjalanan sungai maupun perjalanan darat. Bahkan sejak Panembahan Sambas (Kerajaan Sambas Hindu) berdiri, Gunung Senujuh menjadi tempat tujuan budaya bagi masyarakat Panembahan Sambas yang berada di Kota Lama (Kecamatan Galing sekarang).

Tidak dipungkiri, bahwa gunung ini memiliki segudang cerita misteri yang masih terngiang di telinga masyarakat Sambas. Tidak banyaknya referensi atau tulisan ilmiah terkait Asal Usul Gunung Senujuh atau cerita-cerita seputar Gunung Senujuh membuat admin sulit untuk mencari bahan pendukung untuk menulis artikel ini.

Beragam versi cerita terkait Gunung Senujuh yang tersebar di kawasan Binua Sambas (SingBeBaS - Singkawang Bengkayang Sambas), dan izinkan saya untuk menuangkan cerita terkait Asal Usul Gunung Senujuh dalam artikel ini. Sebelum itu, saya mohon maaf apabila cerita ini berbeda dari apa yang pernah anda dengar.

Yang perlu digarisbawahi bahwa cerita Asal Usul Gunung Senujuh merupakan lanjutan dari "CERITA RAKYAT SAMBAS: Asal Usul Burung Ruai". Untuk mempersingkat cerita, silahkan Anda tonton cerita tersebut dalam bentuk video animasi.


Pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan milik orang-orang suku Dayak yang bernama Kembang Sari di pedalaman Binua Bantanan sebelah timur Kota Sekura, Ibukota Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. Raja pemimpin kerajaan itu memiliki tujuh orang putri. Namun sayang, ibu dari anak-anaknya itu meninggal dunia saat si Bungsu masih kecil.

Di antara ketujuh putri raja, anak yang paling bungsu adalah yang tercantik. Selain rupawan, si Bungsu juga memiliki budi pekerti yang luhur, rajin, suka menolong, dan taat kepada orang tua. Lain halnya dengan keenam kakaknya, perilaku mereka amat buruk. Mereka memiliki sifat angkuh, pemalas, dan suka membantah. Tidak mengherankan jika sang Ayah lebih sayang dan memanjakan si Bungsu.

Rupanya, perlakuan sang Ayah terhadap si Bungsu membuat keenam kakaknya menjadi iri hati dan benci kepada adiknya. Setiap kali sang Ayah tidak berada di istana, mereka melampiaskan kebenciannya kepada si Bungsu dengan memerintahnya sesuka hati mereka. Bahkan, mereka tidak segan-segan memukulnya. Si Bungsu menjadi takut kepada kakak-kakaknya dan terpaksa menuruti semua perintah yang diberikan kepadanya.

Hingga suatu hari, keenam putri raja itu berniat mencelakai si Bungsu dengan mengajaknya mencari ikan di Gua Batu. Di dalam gua itu terdapat aliran-aliran sungai kecil yang banyak ikannya. Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata di dalam gua itu juga tinggal seorang kakek yang sakti.

Saat mereka tiba di gua itu, si Bungsu pun disuruh masuk terlebih dahulu menyusuri lorong-lorong gua. Ketika ia telah jauh masuk ke dalam, justru kakak-kakaknya pergi meninggalkannya. Maka, tinggallah si Bungsu seorang diri di dalam gua. Suasana gua yang gelap gulita membuat si Bungsu tersesat. Ia pun hanya bisa menangis siang dan malam.

Setelah tujuh hari berada di dalam gua itu, tiba-tiba si Bungsu mendengar suara gemuruh yang menggelegar seolah-olah hendak meruntuhkan dinding-dinding gua. Ia pun menjerit-jerit ketakutan. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seorang kakek tua muncul di hadapannya.

Si Bungsu pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga berada di dalam gua itu seorang diri sambil meneteskan air mata. Mendengar cerita itu, kakek itu pun merasa iba kepadanya. Dengan kesaktiannya, kakek itu mengubah setiap tetesan air mata si Bungsu menjadi telur putih yang besar dan berjumlah banyak. Selang beberapa saat kemudian, kedua tangan si Bungsu perlahan-lahan ditumbuhi bulu dan kemudian berubah menjadi burung ruai.

SINGKAT CERITA, jelmaan putri bungsu (burung ruai) tinggal di gunung yang tidak jauh dari istana. Putri bungsu ditemani oleh beberapa kawanan burung yang telah ia erami di dalam gua. Hingga pada suatu hari, sang Raja pergi berburu ke gunung bersama para hulubalangnya. Dengan berbekal sumpit, sang Raja dengan semangat mencari buruannya.

Tiba-tiba mata sang Raja tertuju pada pohon besar yang tidak jauh darinya, dengan cekatan sang Raja langsung menyumpit seekor burung ruai di atas pohon besar tersebut. Ia menyumpit berkali-kali dan akhirnya kena sasaran, tetapi target buruannya tidak mati.

Hari semakin petang, sang Raja beserta hulubalangnya pulang ke istana dengan membawa hasil buruannya. Sesampai di istana, sang Raja pun langsung merawat burung ruai hasil buruannya hingga tertidur. Di dalam tidurnya Ia bermimpi, bahwa burung yang ia tangkap adalah manusia biasa dan puteri ketujuh raja. Dalam mimpi puteri bungsu meminta untuk dihantarkan kembali ke tempat semula di gunung.

Keesokan harinya, sang Raja langsung menuruti permintaan sang burung tersebut dengan membawanya kembali ke tempat dimana Ia menemukan burung ruai tersebut. Kebetulan gunung tersebut belum mempunyai nama, akhirnya sang Raja menamakan gunung itu dengan Gunung Senujuh.

Pepatah kuno menyatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah terbentuknya bangsa tersebut, dan cerita rakyat merupakan sejarah yang amat erat kaitannya dengan kehidupan bangsa Indonesia. Maka dari itu patutlah jika kita sebagai generasi penerus berusaha untuk melestarikannya. Semoga artikel tentang kumpulan cerita rakyat di atas dapat bermanfaat untuk anda semua.

*sumber video:
"Film Animasi 2 Dimensi Legenda Asal Usul Burung Ruai | STMIK AMIKOM PURWOKERTO" Video YouTube, 7:39. Dikirim oleh "Sugi Anto," Oktober 9, 2015. https://www.youtube.com/watch?v=sPOtyW9nWLQ.

3 komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.