CERITA RAKYAT SAMBAS: Kisah Putri Andani Dan Pangeran Kelinci

misterpangalayo.com - Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang sekarang dimana pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas.

Para leluhur Sambas banyak mewariskan keanekaragaman tradisi, ada 2 (dua) tradisi yang sejak lama berkembang di bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas adalah tradisi lisan dan tulisan. Salah satu tradisi lisan yang sangat populer di Kabupaten Sambas adalah cerita-cerita rakyat yang dituturkan secara lisan oleh orang tua mereka turun temurun.

Dewasa ini, keberadaan cerita rakyat di Bumi Sambas banyak belum di gali oleh generasi penerusnya. Cerita rakyat memiliki fungsi moral bagi kehidupan masyarakatnya pada jaman Kesultanan Sambas, seperti sebagai alat pendidikan, pengajaran nilai moral, alat hiburan, dan sebagainya.
Kali ini saya akan menceritakan sebuah cerita rakyat yang berasal dari Sambas tepatnya di pantai utara Kabupaten Sambas. Cerita ini ada beberapa yang di edit dan tambah tanpa merubah  alur cerita dan nilai moralnya. Sumbernya saya ambil dari sebuah buku 'Cerita - Cerita Rakyat Dari Kalimantan Barat' (Syahzaman) dan sebelumnya cerita ini juga pernah di pos oleh


Ini cerita lengkapnya :

Konon, pada zaman dahulu kala, di pantai utara daerah Kalimantan Barat (sekarang wilayah Kabupaten Sambas) berdiri sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Saboa Tangan[1]. Sang Raja memiliki seorang putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan Puteri Andani. Puteri Andani memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, rambut bagai mayang terurai, kulitnya lembut bagai sutra, bibirnya merah bagai delima, dan alisnya bagai semut beriringan.


Sang Puteri selalu berpakaian yang indah-indah setiap harinya, karena memiliki ayah seorang Raja yang kaya raya. Walaupun Puteri Andani seorang putri, tetapi ia tidak sombong dan ramah terhadap semua orang. Ia adalah tipikal orang yang pengasih dan penyayang terhadap sesama, jika ada orang miskin datang ke istana meminta sesuatu tidak pernah disuruhnya pergi.


Pada suatu hari, Puteri Andani sedang bermain di halaman istana dan tiba-tiba seorang nenek tua menghampirinya dan meminta makanan karena sang nenek sangat kelaparan, sang Puteri pun memanggil seorang hambanya.


"Bungkuslah beberapa makanan untuk nenek tua itu !", seraya titahnya kepada hambanya.


Hamba (pesuruh) nya lalu mengambil beras, ubi, pisang dan kelapa, kemudian dimasukkannya ke dalam karung. Sebelum karung itu di berikan kepada orang itu, diperiksanya terlebih dahulu oleh tuan puteri itu. Kalau tampak belum cukup, ditambahnya sendiri. Kadang-kadang diberinya uang dan pakaian sekedarnya.


Nenek tua tersebut memuji-muji budi pekerti Puteri Andani. "Baik benar hati tuan puteri dan kami amat sayang pada tuan puteri".


Dengan penuh senyuman, sang Puteri menghantarkan nenek tua itu hingga ke gerbang istana. Dan suatu malam, sang Puteri tiba-tiba termenung dan memikirkan nasib rakyatnya. Banyak rakyatnya yang memuji-muji kebaikan sang Puteri dan timbul banyak pertanyaan di benak sang Puteri.


Lama ia termenung memikirkan puji-pujian rakyatnya. Kemudian ia menyuruh memanggil mangkubumi, "Wahai mangkubumi, Apakah rakyat betul-betul sayang kepadaku? Apakah mereka itu benar-benar sayang kepadaku ataukah mereka itu sayang karena pemberianku? ingin sekali saya hendak mengetahuinya. Jika sekiranya saya miskin, sayang jugakah mereka itu kepadaku?".


"Ampun tuan puteri," jawab mangkubumi.

Kemudian mangkubumi melanjutkannya lagi: "Tentang hal yang demikian patih kurang memastikannya".

Kemudian Putri Andani berkata: "Ingin rasanya saya bertemu dengan orang-orang yang benar-benar sayang kepadaku bukan dikarenakan oleh kekayaan saja".


"itu agaknya susah, tuan puteri", sembah patih mangkubumi. "semua orang tahu bahwa tuanku kaya raya".


"itulah yang sedang kupikirkan," kata tuan puteri itu.

"Tetapi tidaklah ada yang lain untuk mengetahui hati dari mereka itu?" Lama mangkubumi itu tunduk memikirkannya.

Kemudian berkatalah mangkubumi itu: "Ampun tuan puteri. Menurut pendapat patik, masih ada jalan yang dapat kita coba. Begini, sebaiknya tuanku mengenakan pakaian seperti orang miskin dan bergaul dengan rakyat. Dengan cara demikian tuanku dapat mengetahui ada atau tidaknya diantara mereka yang sungguh-sungguh sayang keapada tuanku".


"Yaaaaa.... nampaknya cara itu baik juga dicoba", kata puteri itu.

Puteri Andani pun segera pergi kepada ayah bundanya untuk menyampaikan maksudnya itu. Setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya, lalu ia masuk kekamarnya untuk berganti pakaian.


***

Seorangpun tidak ada yang mengenal Puteri Andani ketika ia keluar dari istana. Ia berjalan keseluruh negeri itu. Ia pun tidak membawa uang maupun makanan. Jadi jika ia lapar, haruslah ia minta makan kepada penduduk. Tetapi apa yang dikatakan penduduk kepadanya? "Kami sendiri miskin. Pergilah kepada puteri Andani. Ia kaya raya dan suka memberi sedekah. Kami tidak dapat memberi apa-apa kepadamu".

Sedih sekali hati Puteri Andani mendengar kata-kata penduduk. Padahal penduduk yang berkata seperti itu bukanlah orang miskin. "Alangkah kikirnya mereka itu". pikirnya. "Rupanya mereka itu hanya sayang kepada pemberian tuan puteri saja".


***

Suatu hari Puteri Andani berjalan dan sampai di tepi laut. Dilihatnya ombak bergulung-gulung, air laut yang biru, deretan pohon pinus yang menambah panorama keindahan disekitarnya, deretan batu karang yang di hempas ombak Laut Cina Selatan. Kuatnya gelombang sehingga bergemuruh bunyinya serta angin laut bertiup kencang, membuat baju dan rambut tuan puteri melambai-lambai.


Kawasan Tanjung Datuk yang menghadap Laut Cinta Selatan

Dalam keadaan letih dan kecewa, Puteri Andani duduk pada sebuah batu besar. Perutnya berbunyi karena lapar. Tidak ada seorangpun yang ia makan sehari-harian itu. Air matanya jatuh berlinangan bila mengingat kelakuan penduduk negerinya yang kikir dan tidak suka membantu orang lain.

"Kalau saja mereka itu tahu siapa yang meminta makanan itu, tentulah tidak demikian kelakuannya dan tentulah mereka bermanis muka, supaya makin banyak mendapatkan uang dariku", pikir tuan puteri.

Setelah beberapa lama ia duduk di batu itu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh munculnya seekor kelinci dari balik batu-batu yang berada di sebelahnya. Puteri Andani memandangnya seperti mata manusia. Betapa kagetnya tuan puteri ketika kelinci itu berkata: "Engkau sedih? Mengapa engkau bersedih hati?".

"Ya, saya sangat lapar", jawab Puteri Andani spontan.

"Kasihan, nanti kuambilkan makanan", kata kelinci itu, lalu ia pergi ke semak-semak.

Dilihat oleh tuan puteri kelinci itu berjalan pincang. RUpanya kakinya luka sebelah. "KAsihan!" Katanya dalam hati. Ketika itu kelinci itu sudah kembali. "ini ada makanan", katanya.

Diletakkannta di hadapan Puteri itu dua tangkai buahan hutan yang ia bawa dengan mulutnya. "Nanti kuambilkan yang lain", katanya.

Puteri Andani pun mengunyah-ngunyah buah-buahan itu. Belum pernah ia mencoba makanan seperti itu, tetapi karena laparnya, enak juga rasanya. Tidak lama kemudian kelinci itu membawa tebu. "Sedaaaaaaaaaaaapppppppppp!" kata tuan puteri. "Kulihat kakimu luka. Mari kubalut sebentar".


Ia pun menyobek bajunya sedikit, lalu dibalutnya luka itu.


"Terima kasih", kata kelinci itu.


"Saya yang harus berterima kasih", sahut tuan puteri. "Baik benar engkau kepadaku. kalau tidak ketemu denganmu, tentu sampai saat ini saya belum makan, dan rasanya suka benar aku bersahabat dengan engkau".


Baru saja tuan puteri selesai bicara, tiba-tiba terjadilah sesuatu kejadian. Kelinci itu lenyap dan dihadapan puteri Andani kini berdiri seorang pangeran yang gagah.


"Jangan takut!" seru pangeran itu.


"Akulah kelinci yang tadi. Dengarkan ceritaku! Beberapa tahun yang lalu aku berburu di kawasan ini. Aku terpisah dari para pengiringku, lalu bertemu dengan jin penghuni Laut Cina Selatan. Jin itu menyumpahku menjadi seekor kelinci, kutukanku akan hilang jikalau ada orang berkata kepadaku seperti yang dikatakan oleh puteri tadi: "Rasanya suka benar aku bersahabat dengan engkau". "Itulah sebabnya, aku menjadi manusia kembali. Aku sangat berhutang kepadamu. Maukah engkau kubawa ke negeriku di pedalaman? disana engkau tidak akan kelaparan lagi. Apa yang engkau kehendaki akan disediakan".

Sang Pangerang sedang menyumpit (*ilustrasi)

Puteri Andani tercengang saja memandangi anak raja itu. Lama baru ia dapat berkata: "Ah, belum tentu saya dapat mengikuti Anda", katanya. "Sebenarnya saya tidak miskin. Saya memakai pakaian ini, karena hendak mengetahui, adakah orang yang kasihan kepada saya atau tidak. Maksud saya kasihannya itu semata-mata kepada diri saya, bukan karena memandang harta saya. Engkau rupanya yang sayang kepada saya. Meskipun engkau tidak tahu siapa saya, engkau baik kepada saya, engkau menolong saya sedapat-dapatnya".


Mendengar perkataan Puteri Andani, sang pangeran heran. "Ajaib", Katanya. "Dengan tidak mengetahui asal-usul, kita sekarang sudah bersahabat karib. Sebetulnya itulah persahabatan yang sejati. Orang yang bersahabat tidak memandang harta. Bukankah begitu Puteri Andani?"


"Ya" jawab puteri Andani. " Saya senangg benar mendapat sahabat sejati". Saya juga begitu", kata pangeran tersebut.



***


Kemudian keduanya masuk ke dalam negeri dan langsung menuju ke istana. Puteri Andani menceritakan kepada ayah bundanya. Alangkah senangnya hati baginda dan permaisuri. Pada hari itu diadakan pesta besar dalam negeri itu. Tuan puteri menceritakan ihwalnya kepada rakyat, tentang apa yang telah terjadi. Semua masyarakatnya tahu siapa perempuan miskin yang minta makan kepada mereka. Mereka malu atas segala perbuatannya. Mereka berjanji akan merubah perilakunya dan akan berbuat baik kepada orang miskin dan melarat.

Lalu, Puteri Andani dinikahkan oleh baginda dengan anak raja pedalaman itu, dan keduanya hidup selamat dan berbahagia.



#Happy Ending :)

Tidak ada komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.