Berlayar Berkesan "Aku dan Tolak Angin"

Aku dan Tolak Angin
misterpangalayo - Semua bermula ketika aku dan teman-temanku ingin berlibur ke tanah Jawa, yakni kota Yogyakarta. Dan untuk melakukan perjalanan dari Pontianak menuju Yogyakarta, kami menggunakan kapal laut. Kalau menggunakan jalur laut, maka kami hanya bersandar sampai Kota Semarang dan lanjut jalur darat yakni dari Semarang ke Yogyakarta menggunakan taksi.

Dan saat itu merupakan kali pertama aku berlayar menggunakan kapal laut, lama perjalanan menghabiskan waktu sekitar 2 hari 2 malam untuk bisa bersandar di Semarang. Pertama kali berada di dalam kapal, aku menyusuri seluruh bagian-bagian kapal, dari atas hingga dek paling bawah.

Aku membayangkan 2 hari 2 malam berada di atas kapal akan menjadi hari-hari yang indah bersama teman-teman. Pemandangan laut dengan hamparan pulau-pulau, air laut yang biru, langit malam yang indah, angin malam yang dingin, dan rutinitas di dalam kapal selama perjalanan.

Dua jam pertama, aku menyusuri hampir semua bagian kapal dan mengabadikannya dengan berfoto bersama teman-teman. Hal yang paling menarik adalah berada diatas kapal, suasana caffe outdoor dengan pemandangan laut yang indah.

Ternyata manusia hanya bisa berencana, faktanya baru dua jam berada di atas kapal, aku sudah merasakan pusing-pusing, eneg, dan mual, lalu muntah-muntah dan tubuh pun mulai normal lagi. Dan siklus seperti ini berkali-kali terjadi, sehingga membuat perjalananku merasa sangat tidak nyaman.

Ketika tubuh mulai hilang keseimbangan, kepala mulai pusing kembali, mual dan sepertinya ingin muntah secepatnya. Ini seperti mimpi buruk, karena aku akan mengalami hal seperti ini selama 2 hari 2 malam di atas kapal laut.

Persediaan obat yang aku bawa hanya parasetamol, aku pun hanya minum obat tersebut, berharap minimal rasa pusing yang aku alami minggat dengan cepat. Bayangkan saja, mau berdiri saja aku merasa sempoyongan berat, pernah kejadian aku berjalan menuju toilet, karena masih dalam keadaan mabuk laut, aku memeluk seorang pria yang sedang kencing, betapa malunya aku.

Naik kapal laut ternyata butuh perjuangan dan pengorbanan, sangat menguras tenaga dan pikiran dan disini aku belajar menguji kesabaranku untuk melawan semua ini.

Memasuki malam pertama, aku sudah tidak berdaya dan tidak bertenaga. Pengalaman pertama naik kapal dan juga pengalamanku mabuk laut yang pertama benar-benar membuatku shock dan berkeringat dingin. Aku hanya bisa berharap kepada Tuhan, semoga kapal ini cepat bersandar.

Entah aku sedang bermimpi atau tidak, tiba-tiba ada seorang ibu-ibu menghampiriku dan menatapku dengan penuh iba. Aku pun bertanya, ada maksud apa beliau menghampiriku, atau apa ada yang bisa aku bantu. Dengan cepat ibu itu membuka tasnya dan memberikan sesuatu kepada ku.

Sang ibu tersenyum sambil berkata "Orang pintar minum tolak angin" dan saya pun tertawa kecil. Ternyata ibu itu humoris juga. Dan aku pun mencoba minum satu sachet Tolak Angin yang diberikannya. Dan persediaan Tolak Angin masih sisa empat.

Saya pikir begitu minum satu sachet, mabuk laut aku langsung hilang ternyata aku masih merasakan pusing, mual dan perut kembung. Aku tetap seperti awal, lemah dan tak berdaya. Lalu aku pun hanya bisa pasrah dengan kondisiku pada saat itu.

Tiga puluh menit kemudian, aku minum satu shacet lagi Tolak Angin dan beberapa menit kemudian obat herbal tersebut mulai bereaksi dan perlahan-lahan rasa pusing yang aku alami menghilang dan aku pun berterima kasih kepada ibu itu.

Bak bidadari tanpa sayap yang telah menolongku dari mabuk laut yang aku alami selama berada di dalam kapal laut. Dan aku pun dengan leluasa menyusuri kapal dan menikmati sisa-sisa waktu di kapal dengan sebaiknya.

Sejak malam itu aku pun sudah bisa mengatasi mabuk laut dengan cepat dan tepat, obat herbal Tolak Angin lah solusinya. Detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam pun berganti hari, dari kejauhan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang sebagai tujuan akhir pelayaran ku dari Pelabuhan Dwikora Pontianak, sudah terlihat dengan jelas. Lampu mercusuar dan silaunya cahaya Kota Semarang menembus ke anjungan tempat para penumpang dan aku berdiri.

Inilah pengalamanku berlayar yang tidak bisa aku lupakan karena tanpa Tolak Angin, mungkin selama 2 hari 2 malam itu aku hanya bisa terbaring lemah di dalam kapal, dan aku tidak bisa melihat pemandangan laut dengan hamparan pulau-pulau, air laut yang biru, langit malam yang indah dan merasakan angin malam yang dingin. 

Terima Kasih Tolak Angin, Terima Kasih Sido Muncul.

1 komentar:

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta

Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:

1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan

Diberdayakan oleh Blogger.